TEKNOLOGI AIR MINUM : Kajian Penggunaan Teknologi Membran Dalam Instalasi Air Minum
03 Aug 2007 10:02 wib Oleh: Idral Amri (Kuala Lumpur)
TEKNOLOGI pengolahan air yang berkembang sangat cepat, telah mengubah paradigma
hidup masyarakat di era moderen. Penggunaan air minum tanpa dimasak, bukan merupakan hal baru lagi. Trend hidup instant disemua
lini merangsang para ilmuwan dari berbagai belahan dunia, untuk menciptakan teknologi yang serba praktis, baik dalam proses
maupun dalam kegunaan akhir dari produk, tentu dengan jaminan standar mutu dan kesehatan yang prima. Dari definisi air sehat,
yang terbebas dari segala jangkitan kuman, baik yang terlihat maupun yang tidak kelihatan dengan mata biasa karena ukurannya
yang sangat kecil, dibuatlah standar air sehat yang dikeluarkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) yang disertifikasi oleh International
Water Association (IWA) yang berpusat di United Kingdom. Dimana ada beberapa persyaratan pendefinisian air sehat secara alamiah,
berdasarkan kandungan air minum tersebut, yang dikenal dengan sistem air dengan standar I, IIA, IIB, III, IV dan V, dimana
air dengan nilai standar I adalah air yang disiapkan untuk kegiatan yang sangat sensitif, seperti air minum, air untuk kehidupan
aquatic species yang tidak diperlukan tretament tambahan untuk end user. Sedang air pada level IIA bisa digunakan untuk aquatic
sensitive yang memerlukan conventional treatment, spt. dimasak, dll. Untuk air pada level IIB, ini adalah air yang disiapkan
untuk kegiatan rekreasi spt. kolam renang, dll, yang bisa contact langsung dengan kulit. Pada level III memerlukan treatment
yang agak komplit sesbelum digunakan sebagai air minum. Pada level IV air ini bisa digunakan untuk kegiatan Irigasi, sedang
untuk level V adalah air yang tidak termasuk dari keempat level itu, spt. air yang berasal dari limbah domestik, industri,
dll, yang memerlukan treatment khusus, sebelum di alirkan ke sungai. Berdasarkan semua kriteria dan persyaratan perolehan
air tersebut, secara ketat telah ditetapkan oleh dinas kesehatan dimasing-masing negara, biasanya dibawah kementerian kesehatan
atau kementerian lingkungan hidup, yang merujuk kepada persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia, spt. ambang
batas BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), pH, warna, kandungan logam, TDS (Total dissolved Solid),
total coliform, dll. Dari kesemua persyaratan tersebut, ada satu benang merah untuk menciptakan air yang sehat lagi menyehatkan,
yaitu pemanfaatan teknologi pemisahan, yang berprinsip bagaimana memisahkan suatu kotoran terlarut dari suatu larutan. Teknologi
ini pada awalnya yang berkembang adalah menggunakan driving force energy (daya pendorong), dimana konseon ini bersifat pemisahan
dengan menggunakan panas. Jika diketahui titik didih (boiling point) dari setiap komponen, maka kita dengan gampang dapat
memisahkan senyawa tersebut dengan memanaskannya pada kondisi boiling point-nya tersebut, sehingga diharapkan semua zat yang
mempunyai titik didih dibawah temperature yang kita gunakan akan menguap, sehingga diharapkan air kotor tersebut akan menjadi
jernih karena sebagaian pengotornya sudah menguap. Karena itulah dulunya konsep air sehat untuk diminum adalah air yang telah
dipanaskan sampai mendidih, dimana pada kondisi itu diharapkan zat-zat pengotor, termasuk kuman-kuman sudah mati dan menguap,
sehingga kondisi itu dianggap kondisi yang paling aman untuk dikonsumsi. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, konsep
pemisahan diatas, tidak lagi menggunakan energi sebagai media pemisah, tapi dikembalikan pada konsep tradisional, yang menggunakan
peralatan yang lebih maju, murah dan lebih sederhana, maka muncullah konsep teknologi membrane. Teknologi membrane berdasarkan
kepada pemisahan yang menitikberatkan bukan pada range titik didih senyawa, tapi berdasarkan radius diameter dari masing-masing
molekul yang dipisahkan, dimana ilmuwan telah menemukan diameter dari masing-masing senyawa secara terukur. Data ini sangat
berguna dalam teknologi membrane, karena dengan mengetahui diameter zat atau senyawa yang akan kita ambil atau pisahkan dengan
gampang kita bisa menyari pori-pori membrane yang sesuai. Sekarang ini ada dikenal 5 jenis membrane berdasarkan spectrum pemisahannya,
yaitu : 1. Particle Filtration (Penyaringan partikel), dengan ukuran pori-pori membrane yang digunakan paling kecil mendekati
1 micron (10-6 meter), partikel ini terbagi kepada dua, yaitu makro partikel dengan ukuran sampai 20 micron yang masih bisa
dilihat dengan mata telanjang, sedang mikro partikel mempunyai ukuran mendekati 1 micron, yang harus menggunakan alat bantu
microskop untuk melihatnya. 2. Microfiltration, membrane yang dapat memisahkan partikel dengan diamater dari (3 – 0.05)
micron, yang hanya bisa dilihat menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope). 3. Ultrafiltration, dimana range diamter yang
bisa disaring oleh membrane berkisar dari (0.15 – 0.0014) micron, yang hanya bisa dilihat menggunakan SEM. 4. Nanofiltration,
sesuai dengan namanya, nano ( 10-9) meter, bisa menyaring molekul atau atom dengan range dari (0.0015 – 0.0008) micron,
juga hanya bisa diamati dengan menggunakan SEM. 5. Yang terakhir inilah teknologi yang disebut dengan RO (Riverse Osmosis
membrane), dikenal juga dengan hyperfiltration, proses ini yang banyak digunakan untuk menyaring air untuk kebutuhan air minum,
range dari membran ini berkisar dari (0.001- 0) micron. Sedang material dari membrane sendiri berkembang sangat cepat mengikut
keperluan dan sumber daya masing-masing negar yang memproduksinya, ada yang berasal dari polymer, carbon, zeolit, dll., bahkan
sekarang membrane tidak hanya terbuat dari non logam saja, ada membrane yang kita kenal dengan ceramic membrane, metal membran,
luar biasa bukan..? Dalam perkembangannya riset-riset dalam bidang membrane dikategorikan secara garis besar atas dua bahagian
yaitu: Research untuk pembuatan membrane dan membran untuk aplikasi terhadap proses-proses tertentu, baik untuk water treatment,
industrial treatment dan medicine treatment. Banyak sekali jenis membrane yang sudah diterapkan dan berhasil dalam mengurangi
cost operasi dan efesiensi penggunakan enegri, sebut saja spt. Membran untuk cuci darah, membran untuk palm oil industry,
seperti produksi FFA (Free Fatty Acid) dari palm fresh fruit branc, palm kernel oil filtration, zero waste effluent didalam
industri CPO, biogas purification, membrane distillation untuk berbagai proses pemisahan didalam industri minyak bumi dan
gas. Desain instalasi membran untuk air bersih sudah banyak dimanfaatkan di industri, bahkan kalau kita lihat hampir disetiap
perempatan jalan di Pekanbaru, dipenuhi oleh water treatment untuk memperoleh air minum, yang kebanyakan menggunakan reverse
osomosis membran (RO membran). Sekarang untuk membuat sistem pengolahan air sudah banyak dijual dipasaran cartridge untuk
pengolahan air, tinggal mau kapasitas berapa yang kita mau, mulai dari carbon cartridge, membrane catridge dari berbegai modul,
dari spiral, plat fat sheet, fibre, dsb., tergantung untuk apa kita akan kita gunakan, serta seberapa kotor raw water yang
mau kita treatment. Jadi untuk pengolahan air bukan sesuatu yang sukar, dan tanpa harus mmbelinya dari luar negeri, sudah
banyak sekali anak bangsa yang berkompeten dalam bidang itu. Sekilas penulis ilustrasikan, sebuah desain dan pabrikasi drinking
water dengan teknologi membran, dimana kandungan air sungai yang mau diolah terdiri dari : Temp: 26.10 oC, Turbidity: 6.8
NTU, Color: 83/81 HU, TOC:1.01/ 0.725 mg/L, TDS: 0.0172 g/L, Conductivity: 26.5/25.9 uS, dengan asumsi satu orang memerlukan
air sekitar 200 L/hari, maka jumlah air yang diperlukan perhari adalah : 200 x 1200 = 240000 L/hari, maka didesain kapasitas
alat instalasi 10 m3/jam, untuk desain alat ini hanya memerlukan biaya lebih kurang Rp. 2 milyar, dari kajian itu diperolehi
cost operasi air sebayank Rp. 780/m3, kalau satu hari memerlukan 200L (0.2 m3) air minum, berarti = Rp. 780/m3 x 0.2 m3= Rp.
156/hari, satu bulan berarti = Rp.4680/bulan/orang. Berdasarkan hitung-hitungan itu, diperoleh kesimpulan bahwa dengan mengosumsi
drinking water 200L/hari/orang, setiap orang harus mengeluarkan duit lebih kurang Rp.4680/bulan, itu adalah harga dasar desain,
untuk komersial tentu harganya akan berbeda. Dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya, sekarang kalau desain untuk yang bukan
untuk air minum, tapi air yang bisa digunakan untuk kebutuhan domestik, dengan kapasitas 1500L/jam, dengan perkiraan yang
sama setiap keluarga menghabiskan air sebanyak 300 L/hari, maka kapasitas itu akan bisa mensuplai untuk 120 buah keluarga,
biaya untuk produksi air adalah Rp250/m3. Biaya yang dikeluarkan setiap keluarga perbulan untuk air tersebut adalah : Rp2,250/bulan.
Jadi cukup murah, dengan kualitas air yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas IIA, seperti yang diuraikan diatas. Artikel
ini hanyalah sebagian buah pikiran dalam berkontribusi aktif memberikan sumbangan pemecahan masalah dalam teknologi pengolahan
air, untuk masyarakat yang lebih murah, sehat dan berteknologi maju, sesuai dengan amanat UUD 45. Terimakasih.
RENDAHNYA
MINAT INVESTOR LUAR NEGERI: Pemerintah Tidak Punya Pemetaan Prioritas Infrastruktur Yang Strategis 01 Aug 2007 09:14 wib Oleh: Idral Amri (Kuala Lumpur)
Deras dan kuatnya semangat para anggota Legislatif, menghujani kepala BPI Riau, dalam rapat panggar DPRD Riau dapat
dimaklumi, tapi yang lebih penting dan merupakan ketertarikan pertama investor luar negeri untuk berinvestasi di Riau adalah
ketersediaan infrastruktur yang baik dan memadai.
Tanpa ketersediaan infrastruktur yang baik dan memadai, menangis
menengadah kelangit ketujuh sekalipun, tak akan ada investor kelas kakap yang akan masuk ke Riau. Seberapa banyak roadshow
dan pameran yang diadakan belum akan memberikan dampak yang signifikan, selagi daerah lain memiliki daya tarik yang lebih
menarik.
Lihat saja bagaimana Malaysia menyiapkan daerah Iskandar, sebagai pusat kota metropolitan di selatan
Malaysia yang berpotensi mengalahkan Singapore. Walaupun sebetulnya yang berinvestasi disitu juga orang Singapura sendiri.
Belum lagi launching kawasan ekonomi baru wilayah utara, yang meliputi, daerah Pulau Pinang, Kedah, Perlis dan Perak, yang
mecirikan masing-masing daerah.
Pulau Pinang menjadi pusat pelabuhan terbesar di utara Malaysia, dengan perbaikan
menyeluruh pada pelabuhan kargo dan lapangan udara international yang berkelas dunia. Perlis sebagai pusat pembenihan terunggul
di Asia Tenggara. Kedah sebagai daerah penghasil padi terunggul di Malaysia. Perak sebagai daerah research dan penyelidikan
tentang bioteknologi untuk mendokrak dan mentransformasikan kultur pertanian konvensional menjadi petani modern, dengan dicirikan
pengkonversian penggunakan tenaga manusia/konvensional ke arah mechanical system.
Semua dipersiapkan oleh
kerajaan dengan cukup rapi, termasuk desain kawasan ekonomi koridor utara oleh arsitek terkenal negaranya, yang diperkirakan
akan siap dalam 5 tahun mendatang.
Dalam seremonial itu mereka mengundang segala perwakilan dubes/konsulat di Malaysia
untuk menyaksikan pemaparan perencanaan dan desain kawasan ekonomi koridor utara. Dengan sistem seperti itu, tanpa harus jemput
bola bersusah-susah, berbicara retorika sampai mulut berbuih dengan janji seribu janji, orang akan datang dengan sendirinya.
Lihat
saja tingkat FDI (Foreign Direct Investment) yang selalu meningkat tajam dari tahun ketahun, trilyunan ringgit mereka
gelontorkan untuk itu, bukan tanggung-tanggung 50% dari total pembiayaan projek ditanggung oleh pemerintah, sisanya baru menggunakan
konsorsium beberapa BUMN dan perusahaan nasional.
Dari pemaparan itu, sangat jelas visi dan mimpi besar rakyatnya yang
diterjemahkan secara cerdas oleh pemerintah dengan bukti kongkrit, belum selesai lagi Projek Sultan Iskandar di Johor, Selatan
Malaysia, sebagai pusat metropilitan termodern di Asia Tenggara, Kawasan pertumbuhan ekonomi koridor utara menyusul dikerjakan.
Begitu
cepatnya gerak pembangunan menggunakan dana yang tersedia, yang sebelumnya mereka telah menyiapkan infrastruktur jalan dan
transportasi yang nyaman dan bagus mulus, dikenal dengan PLUS (Proyek Lebuh Utara Selatan) yang membelah semenanjung menjadikan
jarak tempuh dan transportasi barang dan jasa dengan lancar dan cepat.
Bagaimana dengan kita? Yang seharusnya digarap
oleh pemerintah Riau adalah, memajukan dan menyegerakan pembuatan jalan Tol Pekanbaru - Dumai, sebagai salah satu transport
dan daya tarik utama untuk investor berinvestasi di Riau.
Selama sistem infrastruktur jalan masih belum dikerjakan,
kita akan selamanya menonton dan berdecak kagum akan perkembangan yang orang jiran buat, bagaimanapun cantiknya Pekanbaru,
terminal baru, luas jalan Pekanbaru dan mulusnya jalan yang disediakan di Pekanbaru dan sekitarnya termasuk Bangkinang dan
jalan ke Pangkalan Kerinci, belum akan memberikan daya tarik signifikan untuk investor welcome to Riau. Kenapa ..?
Sederhana
saja, pengangkutan ke luar dan masuk ke Riau adalah melalui Dumai, karena mengingat Dumai adalah yang paling berdekatan dengan
Malaysia dan Singapura, sedang untuk transport barang dan jasa dari dan ke Dumai masih jelek dan jarak tempuh yang jauh, belum
menguntungkan dari segi ekonomi untuk mendirikan sembarang kilang atau pabrik yang berskala besar, kecuali pabrik-pabrik kecil,
yang rakyat kita hanya dapat makan dan minum saja, karena besarnya cost yang harus dikeluarkan untuk sirkulasi barang dan
jasa.
Kalau tidak percaya silahkan bandingkan gaji karyawan, pada perusahaan yang sama di Riau dan Malaysia. Di Malaysia
mereka sanggup menggaji tinggi pegawainya dan masih untung. Sedang di kita, dituntut untuk naikkan gaji aja mungkin mereka
akan memindahkan usahanya ke negara lain akibat begitu tipisnya margin keuntungan yang mereka peroleh ketika berusaha di tempat
kita.
Kalau pemerintah cerdas mestinya mereka bisa melihat bagaimana pergerakan ekonomi Singapura, yang mulai memindahkan
perkilangannya yang melibatkan banyak tenaga kerja keluar Singapura. Peluang ini hampir tidak dapat dibaca oleh Riau sebagai
jiran terdekat, jadilah perpindahan kilang-kilang mereka ke Malaysia dan Vietnam.
Pembangunan kita, bukan merupakan
pembangunan yang terencana tapi pembangunan berdasarkan orderan, sehingga sangat sulit untuk merencanakan sesuatu secara terintegrasi,
indah dan berwawasan.
Contohnya, pembangunan kantor gubernur dan perpustakaan. Ini jelas hanya memenuhi pesanan saja,
tidak ada daya tarik dan nilai jual baik dari estetis maupun daya guna, kalau pemerintahnya sabar sedikit, alangkah baiknya
di desain secara lengkap pembangunan kantor gubernur baru dengan ikon kemelayuan dan desain moderen yang lengkap, tentu disertai
dengan pemilihan lokasi yang bagus, secara terintegrasi dan terencana.
Jadi disamping bermanfaat untuk perkantoran
juga bisa menjadi objek wisata bagi para turis dan pelancong dalam negeri. Mempunyai outcome (ber-impak tidak langsung) terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Bukan secara parsial seperti itu yang jelas tidak lebih dari bangunan biasa dipinggir kantor gubernur.
Kalau pemerintahnya jeli, mestinya dicarikan lokasi yang sesuai, didesain secara betul dan baik, dengan schedule yang
terencana, nah baru didirikan kantor gubernur baru yang semuanya berada disitu. Bisa jadi danau buatan atau tempat lainnya
yang juga menarik, sebagaimana Putra Jaya dibangun, yang dikelilingi danau, bukit, perumahan staf, mall, sekolah
untuk anak-anak staf, semua instansi berada dalam satu kawasan yang tertata dengan rapi, desain yang moderen membuat bangga
rakyatnya, karena dikagumi dan dilkunjungi berulang kali oleh wisatawan.
Bahkan sejak dibuka tahun 2000, sudah lebih
satu milyar pelancong mengunjungi Putra Jaya, bayangkan berapa perputaran duit disitu, mulai dari bus parawisata,
hotel, belanja pernak-pernik Putra Jaya, kios, kedai makan, dan sebagainya. Itulah kunci pergerakan ekonomi kerakyatan
yang sesungguhnya. Sehingga tidak heran kalau memang hampir dipastikan asal tidak malas, maka pengangguran sangat jauh dari
negara jiran ini.
Sekian sebagai renungan sedikit tanggapan tentang loyonya FDI (Foreign Direct Investment)
yang datang ke Riau walaupun sudah menghabiskan dana 2.7 milyar. Mudah-mudahan kedepan pemerintah mulai mengedepankan akal
sehat dan mata hati untuk menarik investor luar negeri untuk datang.
Hambatan Terbesar Investor Asing 01 Aug 2007 16:38
wib Oleh: Idral Amri (Kuala Lumpur)
Hambatan terbesar Investor Asing untuk datang
ke Riau, berasal dari pemerintahan dalam negeri sendiri; Sebuah Munasabah diri
Judul ini
menggelitik penulis untuk merangkai kata-kata. Berdasarkan roadshow BPI yang tidak memberikan hasil yang berkesan untuk peningkatan
investasi luar negeri yang ditunggu-tunggu, tidak lain berasal dari tindak tanduk dan style kepemimpinan dalam negeri yang
konvensional.
Dulu mungkin orang yang disebut kaya adalah orang yang mempunyai tanah luas, uang banyak berlipat lipat
disimpan dirumah, kayaknya teori ini masih melekat dekat dihati para pemimpin kita, dengan cara menyimpan dananya di SBI sebagai
tindakan pengamanan asset daerah, tanpa kerja dapat bunga saweran tiap bulan dari APBN.
Mereka lupa dalam konteks
global hampir tidak ada sesuatu yang bisa dirahasiakan lagi. Semuanya bisa diakses oleh siapapun yang ingin mendapatkan data
dan akurasi pemanfaatan budget pemerintah disetiap rupiahnya, apa saja yang dilakukan, termasuk cara pengelolaan dana pemerintah
yang dibagikan dalam APBD.
Propinsi Riau beruntung memperoleh dana APBD yang terbesar di antara propinsi lainnya di
Indonesia. Ada sedikit harapan baik untuk investor maupun masyarakat, sayangnya pemerintahan daerah tidak sama kata dengan
perbuatan, alias munafik, kenapa..?
Berikut penjelasannya. Para investor luar negeri bukanlah orang bodoh
yang dengan manis mulut dan pandai bicara akan percaya dengan apa yang pemerintah jual untuk menarik mereka menanamkan modalnya
di Riau. Yang akan mereka tanamkan adalah modal mereka yang mereka harapkan akan ada pengembalian plus keuntungan yang akan
mereka perolehi.
Untuk memutuskan layak atau tidak layaknya mereka untuk berinvestasi bukan semudah membalik telapak
tangan, MoU bukan merupakan jaminan, untuk mereka secara langsung membawa dollar ke Riau, tapi mereka akan mempelajari segala
segi plus minus dan bahkan perkirakan terjelek sekalipun mereka perhitungkan untuk mengurangi resiko kehilangan modal, pikiran
dan tenaga mereka untuk sesuatu yang masih di awan biru, jauh dilangit nan tinggi.
Pendek kata, kata munafik
diatas, penulis ambil karena pemerintah Riau sendiri tidak yakin akan keuntungan yang mereka peroleh apabila menginvestasikan
dana mereka di Riau sendiri.
Contoh didepan mata, Pemda Riau membangun Riau Tower di Jakarta, dana Pemda disimpan di
SBI sebanyak hampir 9 trilyun rupiah. Bukti kongkrit itu telah memberikan kesan tidak menarik bagi investor luar negeri untuk
berinvestasi di Riau. Bagaimana kita mau mengundang orang lain untuk berinvestasi ditempat kita, kalau kita sendiri
sebagai tuan tanah tidak berani untuk berinvestasi ditempat kita sendiri.
Bahkan kita umumkan dikhalayak
ramai, dengan bangganya kita katakan Riau akan punya Riau Tower di Jakarta, sebagai bentuk representasi kemegahan Riau di
Jakarta. Mereka tidak sadar ribuan mata mengerling dan sebagian bibir mencibir dari seberang lautan sambil senyum kambing.
Mereka kata pemerintah Riau sangat berani dan ambisius, tapi sayang promosi yang mereka lakukan hanyalah kamuflase
saja, bagaimana kita mau berinvestasi kesana, mereka yang punya daerah duit aja berinvestasinya di luar daerah mereka.
Artinya
: Riau bukan merupakan tempat yang menarik untuk berinvestasi bagi orang luar karena tontonan kebodohan elit kita sendiri
yang tanpa sengaja telah menelanjangi kekurangan kita kepada para peminat investasi, maka wajar saja kalau hasil dari roadshow
BPI belum memberikan hasil apa-apa, karena para FDI masih wait & see.
Berharap sedikit pandangan ini,
boleh menukar image dan cara pandang kita dalam mengelola daerah bertuah ini, sehingga diharapkan adanya kebijakan SATU
KATA DAN PERBUATAN, sekian.
Minat
investor yang masih diragukan atau pemerintah yang tak mampu menjual proyek..??? 24 Mar 2007
12:41 wib Oleh: Idral Amri (Kuala Lumpur)
Menengok keberhasilan negara orang menarik investor, yang luar biasa derasnya, memberikan pertanyaan miris dibenak
kita, kenapa yah pemerintah daerah kita kok loyo betholl, macam hopeless saje..?
Berita hari ini menjelaskan PM Malaysia
yang didukung oleh MB (Mentri Besar setingkat gubernur) dalam utusan malaysia, bahwa beliau mempromosikan daerah pertumbuhan wilayah pembangunan Iskandar,
dengan keluasan 2,217 kilometer persegi atau 2 1/2 kali keluasan Singapura di selatan Johor menjadi sebuah bandar raya metropolis
menjelang tahun 2025. Kerajaan memberikan insentif tanpa memungut cukai tanah, selama 10 tahun, termasuk penarikan tenaga
kerja asing tanpa batasan, bahkan bagi individu yang mau membeli harta tanah juga dibenarkan diatas RM250,000 (Rp. 625 jt)
dan berlaku sebelum 2015.
Insentif itu berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang dikhususkan untuk enam sektor sasaran
yaitu industri kreatif, perkhidmatan pendidikan, perunding dan penasihat kewangan, perubatan, perkhidmatan berkaitan logistik
dan pelancongan.
MB kedah dalam News street times, menjelaskan mendapatkan projek kerja sama dengan Iran petroleum, bekerja sama
dengan perusahaan local membangun kilang minyak untuk mengolah minyak-minyak yang berasal dari Iran, dengan 70% investasi
langsung dari swasta, diharapkan akan mendatangkan pendapatan untuk daerah sekitar RM500 juta/tahun ( Rp. 1.25 trilyun/th),
dengan serapan tenaga kerja 14500 ahli dan semi ahli, 5000 orang insinyur, yang akan dilakukan pembangunan dalam 8 tahun,
dimulai tahun depan, trus belum lagi pembangunan kereta api cepat, yang memotong jarak tempuh KL-singapura dari 9,5 jam menjadi 90 menit sahaja, dengan total investasi US$2.3 billion,
yang akan diumumkan diakhir tahun ini, masih banyak lagi cerita sukses MB Selangor (keturunan Sragen)yang membawa masuk modal
dari Arab Saudi ke Selangor dan menjadikan selangor sebagai kota/Bandar termaju di Malaysia.
Bandingkan dengan pemerintah
kita yang katanya pemerintah daerah dengan APBD terbesar kedua di Indonesia, belum punya agenda promosi seperti itu, bahkan
pembangunan jalan TOl Pekanbaru-Dumai, yang sudah bertahun-tahunpun masih saja dalam batas wacana, kasihan betholll..
Sekarang
kita lirik, keuntungan dan kerugian dan bagaimana mensiasati supaya jalan TOL itu segera dibangun,
Ada banyak keuntungan
yang diperoleh, diantaranya :
- Jarak Pku - Dumai yang diperkirakan sekitar 180 KM, akan bisa dipersingkat menjadi
100 KM (Berdasarkan talk show Riau Teve) beberapa masa yang lalu, artinya disitu ada penghematan waktu dan cost untuk berpergian
dari PKU-Dumai. - Dengan dibukanya Dumai sebagai KEK ( Kawasan Ekonomi Khusus), seperti halnya otorita batam pada masa
lampau, akan memberikan jalur birokrasi yang singkat untuk mengurus pendirian badan usaha dan investasi di dumai, yang menurut
informasi, bulan Februari yang lalu perusahaan Wilmar Energy, telah memulai produksi Biodisel di Dumai dengan kapasitas awal
350 ribu ton/th, dan diharapkan akhir tahun 2007, kapasitas produksi akan mencapai 1 juta ton/th, yang merupakan pabrik biodiesel
dengan kapaistas terpasang terbesar didunia. - Akan membuka geliat ekonomi baru di Dumai dan akan memberikan impak yang
cukup lumayan, apalagi kalau jalan TOL Dumai – Pku siap beroperasi, ada beberapa buah pump bensin tentu akan berdiri
dan dilengkapi dengan tempat peristirahatan, yang lebih baik . - Akan ada penambahan lapangan kerja baik dari segi per
transportation, bus, travel, driver, knek, travel agency, termasuk perdagangan suku cadang, supply bahan baker yang tentu
akan berimbas kepada PAD daerah tentunya. - Memberikan image maju, sebagai sebuah destinasi pelancongan yang apabila dikelola
secara baik akan meningkatkan, sektor ikutan lain dari pembangunan tersebut.
Adapun kerugian, yang akan dialami, yang
terlihat hanyalah jumlah subsidi yang akan dibayar Pemda untuk tahun-tahun awal dan itu adalah hal biasa, kalau kita pernah
berjalan dari KL - Kuantan, menggunakan jalan TOL lus mulus, juga belum banyak kendaraan yang lewat, tapi dengan adanya peningkatan
infrastruktur yang begitu baik, akan memberikan kesan positif bagi investor untuk jangka panjang, sehingga kerugian yang diperkirakan
akan segera teratasi dengan derasnya investasi disekitar daerah jalan TOL yang baru, kenapa saya katakan tahun-tahun awal,
karena saya haqqul yakin, proses subsidi itu tidak akan berlangsung lama, diantara alternative, kalau subsidinya memang besar
adalah dengan mengalihkan trasportasi sungai, yang biasanya melewati sungai Siak, di-stop, dan digantikan transportasi menggunakan
jalan TOL, karena secara ekonomi, sangat banyak kerugian Negara yang ditimbulkan oleh transportasi sungai yang ada saat ini,
termasuk diantaranya yang diuntungkan hanya pemilik kapal dan crew nya saja, kerugian2 tersebut, seperti :
- Sungai
menjadi kotor dan tidak terawat dengan baik, sehingga dulunya sungai bisa memproduksi ikan, kemungkinan sekarang sangat sedikit
ikan yang bisa dihasilkan dengan sungai yang sebegitu kotor. - Terjadi abrasi disepanjang pinggir sungai, sehingga terjadi
pendangkalan sungai, yang berkemungkinan juga adalah biang keladi penyebab banjirnya daerah-daerah disekitar sungai siak baru-baru
ini. - Memberikan potret buruk kepada dunia luar tentang kemiskinan masyarakat disepanjang aliran sungai, termasuk cara
hidup mereka yang tidak sehat. - Yang terakhir dan paling banyak menyedot kerugian Negara adalah bebas dan tidak terkontrolnya
lalu lalang hasil hutan disepanjang sungai siak, karena kita tahu disepanjang sungai siak, begitu banyak usaha-usaha perkayuan,
apakah kayu blondongan, kayu sowmill bahkan mungkin juga ekspor illegal polly wood, serta barang2 lainnya ke Negara Jiran,
karena sering kali kalau kita lewat ke Malaka dengan kapal, banyak sekali kayu-kayu yang ditarik oleh kapal2 tongkang menuju
ketengah laut dan berdasarkan beberapa data waktu yang lalu, ada sedikit heboh banyak kayu illegal yang beredar di malaka,
yang ditenggarai dibeli oleh perusahaan salah seorang datuk anggota parlemen barisan nasioanal (BN) Malaka, Malaysia. Tapi
dengan kelihaian ahli parlement tersebut issue kayu illegal yang dibelinya itu beralih kepada issu pegawai imigrasi yang tidak
proffesioanl, sehingga issu itu akhir hilang lenyap ditelan manisnya duit kayu riau, sedangkan pemerintah kita tidak dapat
apa-apa darinya. Bahkan dalam rapat parlemen ketika itu, ada anekdod, untuk membedakan hormat antara polisi dengan hormatnya
staf imigrasi, sangat lucu he he..Sulit untuk menggambarkan perbedaan kedua hormat itu disini.
Berdasarkan realita
itu, saya berpendapat akan lebih bijak kiranya jika sungai siak itu dijadikan kembali sebagai sungai produksi, terutama untuk
pengembang-biakan ikan, disepanjang sungai itu, tentu ini akan memberikan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat, baik dari
segi produksi ikan, pembuatan pellet ikan, dan terutama kita bisa memelihara sungai kita, walaupun belum bisa dimanfaatkan
secara komersial dalam arti yang sebenarnya.
Hal ini juga bisa kita hitung untuk menutupi kekurangan volume kendaraan
yang melalui jalan TOL Pekanbaru-Dumai, mungkin PemDa bisa menjalin kerjasama dengan Menaker trans, atau para pengusaha PJTKI,
yang memberangkatkan TKI ke Malaysia yang berjumlah lebih dari 2 juta orang saat ini, kalau jumlah itu bisa kita arahkan dengan
sedikit promosi dan biaya yang lebih kecil maka Riau, terutama pekanbaru dan Dumai akan menjadi tempat persinggahan sementara
mereka sebelum pulang kekampung halamannya masing-masing, ini juga akan memberikan keuntungan bagi masyarakat kita.
Pada
saat yang sama kita harapkan bisa dibuat suatu perencanaan Induk pengembangan sungai siak yang lebih baik, apakah untuk transportasi
atau wisata sungai, kalau memungkinkan bisa menjadikan sungai siak seperti halnya Terusan Suez dengan panjang 163 km dan
lebar tersempitnya lebih kurang 60 m, yang cantik nan bersih, tentu akan memberikan nilai wisata dan ekonomi yang menjanjikan
juga, bagaimana berkembangnya daerah Egypt dengan keberadaan terusan suez, kalau bisa konsep terusan suez itu dibawa kenegara
kita tentunya akan memberikan ketertarikan lain yang luar biasa, tentu dengan kemasan dan sedikit polesan.
Dengan harapan
suatu saat nanti, kita bisa lihat terusan suez yang menghubungkan laut Mediterranean dengan laut Merah akan kita jumpai juga
ditempat kita dengan kemasan yang lebih dinamis dan maju, semua kapal container dibuatkan pelabuhan yang bagus di-dumai dan
sungai siak menjadi tarikan pelancong dalam menikmati wisata dan antraksi sungai yang bersih dan indah, semoga, referensi
pengembangan Northport Malaysia yang baru saja merayakan anniversary 21 tahun penswastaan pelabuhan itu menjadi pelabuhan
kelas dunia, patut dicontohi.
Riau Tower, Sebuah Mercusuar tak bernyawa
Maraknya berita pendirian Riau Tower dijakarta, membuat gerah sebahagian rakyat Riau, yang dianggap membuat projek
yang tidak pro investasi, tidak pro rakyat dan juga tidak pro daerah, dimana letak putra daerah dan otonomi daerah apalagi
otonomi khusus yang dilaung-laungkan selama ini, semua diskusi, pembahasan dan kupasan mengenai otonomi khusus tidak lebih
layaknya bak mengupas bawang, semakin dikupas semakin tipis, semakin kecil kemudian habis, yang terakhir tinggal hanya angin,
yang memedihkan mata, alias omong kosong dan menyakitkan.
Kalau kita tinjau sedikit, beberapa parameter kualitas hidup diRiau, berdasarkan statistik BKKBN diperoleh tingkat kemiskinan di Riau adalah sebesar 40.05% pada tahun 2002, masih sangat tinggi, tingkat pendidikan yang
masih rendah berdasarkan data pemerintah Riau tahun 2002 (data terakhir yang tersedia) diperoleh Angka Partisipasi Sekolah
(APS) untuk usia 15-18 tahun hanya sebesar 54.22%, tercatat secara nasional riau adalah peringkat teratas gizi buruk nasional
(Tabrani, July 2006) dengan persentase 12.7% (Riau pos, 19/7) angka pengangguran masih cukup tinggi, akan sangat logis rakyat mempertanyakan
apa sebetulnya motivasi pendidirian Riau Tower, apakah hanya sebagai mercusuar, biar Riau kelihatan mentereng oleh daerah
lain, ataukah memang sarana pembangunan untuk meningkatkan PAD daerah, kita coba berhitung berapa banyak dana yang dikeluarkan
untuk pembangunan Riau tower itu, walaupun katanya berasal dari bank dubai, kalau memang dana itu digunakan untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat, terutama memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang dijerat kemiskinan, sangat banyak proyek-proyek
yang pro rakyat, pro daerah bisa direalisasikan di Riau, seperti peningkatan infrastruktur jalan, rehabilitasi sungai –
sungai utaman di Riau yang sudah sudah sangat tercemar dan rawan banjir, revitalisasi system pendidikan, yang nota benenya
merupakan visi Riau 2020, sebagai pusat budaya melayu di asia tenggara.
Kedepan kita harapkan ada rencana kongkrit pemerintah yang mengutamakan pembangunan yang pro rakyat, pro daerah, jangan
pernah berbalik kemasa lalu, dengan tampilan yang baru, atau dengan kata lain
sentralisasi berwajah baru, bukankah para wakil rakyat, mahasiswa dan rakyat telah berjuang menumbangkan system sentralisasi,
menjadi desentralisasi, yang bermakna pembangunan kedepan harus berorientasi kepada daerah, bukan pusat ? Dengan mendirikan
Riau Tower di Jakarta menggunakan dana daerah, jelas sangat berbeda dengan konsep desentralisasi yang dimaksud dan bahkan
akan menjadi boomerang dan kesan negative bahwa daerah kita tidak menarik untuk investasi, karena pemerintah daerah kita sendiri
malah investasi didaerah lain berarti daerah lain, jauh lebih menarik dibandingkan Riau, maka ini akan memberikan image bahwa
Riau bukan daerah yang pro investasi, bagaimana kita menggalakkan investor untuk datang ke tempat kita, dana kita yang ada
aja kita invest-kan diderah lain, bukan menarik dana untuk masuk tapi mengeluarkan dana untuk daerah lain, sungguh ironis
bukan..?
Ada beberapa proyek strategis, yang dimungkinkan untuk menggantikan pembangunan Riau Tower itu, seperti pembangunan
jalan Tol Pekanbaru-Dumai, terutama didukung telah dijadikannya Dumai sebagai daerah KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) dan telah
adanya dua investor kakap yang memulai usahanya, seperti PT. Emeral Energy penghasil bio diesel, sharing production untuk
pembuatan minyak pelumas sintetis antara Perminyakan Korea Selatan dengan Pertamina, sepatutnya kegiatan-kegiatan ini, betul-betul
didukung oleh pemerintah daerah secara baik, apalagi ada rencana menjadikan Dumai sebagai pelabuhan berkelas dunia, itu harusnya
menjadi perhatian utama Pemerintah daerah, dan sekali lagi penyakit yang paling kronis dinegara kita ini adalah, lamanya perizinan
mendapatkan usaha, bandingkan dengan Singapore yang hanya butuh satu minggu, Malaysia satu bulan, kita 104hari, lebih dari
tiga bulan, sepertinya konsep bisnis yang dianggap paling ampuh oleh orang barat belum bisa kita terima secara baik, dimana
letak “ Time is Money” bukankah bisnis itu adalah waktu, waktu adalah uang, siapa yang memberikan pelayanan yang
baik dengan waktu yang cepat maka dialah pemenang dalam merebut pasar investasi diregional asia tenggara, siapa yang masih
menganggap waktu bukan sesuatu yang penting, lihatlah sekarang saja dari pertimbangan kenyaman berinvestasi ternyata kita
jauh tertinggal dari Singapore, Malaysia, Thailand, bahkan berdasarkan data Doing Business 2007 International Finance Corporation
beberapa negara di asia, tentang negara yang menarik dan nyaman untuk ber-investasi kita ternyata berada pada urutan 135 jauh
dibawah Vietnam yang pada posisi urut 104.
Pembuatan jalan Tol Pekanbaru-Dumai, saya kira harus merupakan program prioritas dari pemerintah daerah, terutama dalam
rangka menopang program Dumai sebagai daerah KEK, akan banyak lalu lintas orang, barang dan jasa dari dan ke Dumai, supaya
aksesnya lebih cepat, dan pertimbangan lain yang lebih strategik juga perlu ditumpukan pada pengembangan dan penataan empat
(4) sungai utama yang membelah Riau, sebut saja sungai rokan, sungai siak, sungai kampar, dan sungai indragiri-kuantan, terutama
pasca banjir, harus ada usaha-usaha yang signifikan untuk mengantisipasi agar kejadian itu tidak berulang pada masa yang akan
datang.
Melihat pentingnya sungai siak yang menjadi denyut nadi ekonomi masyarakat di Riau, perlu kiranya dipikirkan bagaimana
menata dan mengembalikan fungsi sungai siak sebagai sungai produksi aqua-kulture, mengingat sungai yang sudah kotor, terjadi
pendangkalan sungai secara signifikan, abrasi di sepanjang bibir sungai, sehingga mungkin salah satu penyebab banjir yang
baru-baru ini melanda pekanbaru, terutama penduduk penduduk disekitar sungai, serta tempat lalu lalang penyeludupan barang,
kayu dan orang, yang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit buat pemerintah daerah, belum lagi kayu-nya yang dicuri, hutan
yang gundul, begitu banyak penyeludupan yang terjadi disepanjang sungai, yang diperparah lagi tidak adanya polisi air disepanjang
sungai siak yang berfungsi mengontrol keamanan dan menjamin tidak adanya penyeludupan disepanjang sungai. Untuk itu sudah
sepatutnya pemerintah daerah mengalihkan semua transportasi antar negara hanya sampai di pelabuhan dumai, seterusnya system
transportasi yang digunakan menggunakan transportasi darat, dan sungai dialih fungsikan kembali menjadi sungai produksi untuk
berbagai kehidupan aqua culture, peternakan ikan, yang akan menambah penghasilan penduduk, baik dari produksi ikan, pembuatan
tambak, industri pellet ikan dan berbagai ikutan ekonomi lainnya dan pada waktu yang sama disusun ulang rencana induk pengembangan
sungai siak, dan tiga sungai besar lainnya sebagai sebuah sungai wisata dan mungkin juga sebagai sarana transportasi yang
nantiknya, yang akan menjadikan keunikan riau sebagai sebuah tujuan wisata dunia. Berbagai acara tahunan, musiman bisa dipersembahkan
untuk para pengunjung, sehingga sungai menjadi aset daerah yang menjanjikan.
Untuk mengurangi pengangguran dan kebodohan, dunia pendidikan seharusnya mulai menjad tumpuan perhatian juga, sebagaimana
visi riau sebagai pusat tamaddun melayu di asia tenggara, penataan pendidikan perlu dipercepat tidak hanya pembangunan fisik
semata, tapi pengisian soft skill tenaga pengajar, yang berterusan, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkaliber
dunia, jangan pernah alergi dengan kemasukan tenaga pendidik yang berkualitas, kalau perlu setiap sekolah mempunyai tenaga
pendidik yang berdedikasi, professional dan mempunyai prestasi baik ditingkat nasional maupun international, diberikan insentif
lebih untuk mengajar di daerah riau.
Peningkatan kualitas pendidikan ditingkat menengah dan dasar, tidak akan banyak memberikan perubahan signifikan kepada
peningkatan sumber daya manusia riau secara keseluruhan, kalau universitas yang ada di riau juga tidak digesa untuk berbenah
maju, mulai dari infrastruktur, tenaga dosen, perpustakaannya harus memiliki kualitas nomor satu, ada banyak cara yang bisa
dilakukan, salah satunya mulai memikirkan ulang system beasiswa yang selama ini dibayarkan pemda baik untuk perorangan, maupun
institusi, ada baiknya beasiswa itu digunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi negeri di riau, seperti kemungkinan
dana itu bisa dialokasikan untuk mengembangkan infrastruktur, perpustakaan dan menyewa tenaga dosen yang berkelas dunia, baik
dari dalam maupun luar negeri, sehingga diharapkan dengan kehadiran dosen itu di universitas kita, bisa membantu dalam pembukaan
program Master dan Doktor, yang seterusnya beasiswa yang biasa diberikan, bisa dialihkan ke universitas tersebut, artinya
perputaran duit pemda akan berada di riau, dan secara bertahap kualitas universitas bisa kita tingkatkan, ini bukan berarti
menutup sama sekali beasiswa ke luar negeri, untuk beasiswa keluar negeri, sebaiknya betul-betul diseleksi yang benar-benar
mampu, dan tidak hanya dikirim ke universitas-universitas biasa, tapi dikirim ke universitas-universitas terbaik didunia,
sehingga dengan demikian dana pemda yang dikeluarkan untuk pengembangan sumber daya manusia, betul-betul dimanfaatkan secara
fokus, terarah dan diharapkan sesuai dengan harapan visi riau 2020, seperti bagaimana suksesnya Australian memburu mahasiswa
keseluruh dunia dan menjadi sumber dividen ke 3 bagi negara mereka (Ki Supriyoko, 2007),
tentu langkah – langkah positif yang menuju kearah itu belum terlambat, asal ada commitment dan political will yang
jelas, terutama dari pemegang kekuasaan.
Bus wanita : Antara solusi pelecehan seksual dan arogansi birokrasi
Beberapa hari belakangan ini, ada sesuatu yang lain di Riau yang beritanya
sampai ke negeri jiran, betapa bagusnya ada system baru yang mula pertamakali diperkenalkan di Riau untuk melindungi perempuan
dari pelecehan seksual yang selama ini memaharejalela di berbagai daerah, bahkan cara ini jauh lebih maju dan cerdas dari
segi pemikiran dan system yang digunakan, bahkan tidak tanggung-tanggung kerajaan Malaysia yang sebelum ini, mengusulkan penggunaan
cawat besi ( pelindung besi) untuk perempuan, dengan adanya ide ini kemungkinan kerajaan akan mengkaji ulang system perlindungan
untuk wanita dan salah satu referensi kemungkinan mereka akan coba terapkan juga system ini, mengingat system yang digunakan
ini cukup efektif dan lebih fleksibel bagi wanita dalam menjalalankan aktifitasnya.
Tidak dipungkiri, salut kita sampaikan kepada pencetus ide ini, karena
ketajaman naluri bisnis yang melihat betapa ada potensi ekonomi yang bisa diperoleh, apabila system ini diwujudkan, ini dimungkinkan
karena rasio jumlah perempuan yang lebih banyak dari jumlah laki-laki, tentu
juga didasari pemikiran rasa kemanusiaan dan pemahaman keagamaan yang memadai untuk melindungi kaum hawa dari para criminal
seks yang semakin meluas dan menjadi biasa dikehidupan masyarakat saat ini, tentu kita tidak menginginkan anak, saudara dan
istri kita disenonohi oleh orang lain, bukan.?
Untuk itu, sudah sepatutnyalah rencana cerdas ini mendapat tempat sepatutnya
dan dijabarkan secara bijak oleh para birokrat yang memang seharusnya memberikan tumpuan utama bagaimana menciptakan system
transportasi yang aman, nyaman dan islami, bukan mengangkangi dan menyalahkan pencetus ide ini, atau bahkan tidak memberikan
solusi kepada ide bijak yang diusulkan ini, pemerintah terutama dishub, melalui komentar kepala dinas perhubungannya pria
budi di detik.com, yang mengatakan bahwa sepertinya dari awal mereka tidak menyetujui
akan adanya system transportasi bus wanita ini, kira-kira begini komentar kepala dishub, karena sedikitnya penumpang yang
menaiki bus perempuan tersebut, karena diletakkan pada jalur sepi, lebih kurang komentar staff dishub itu sebagai berikut,
“Sudah saya katakan bahwa tidak ada penumpang dijalur itu, sementara tidak mungkin kita menambah armada baru dijalur
padat penumpang, tapi pengusahanya ngeyel”, alangkah naifnya cara beripikir seorang birokrat yang seharusnya memandang
system ini sebagai “entry point” untuk memperbaiki system per-transportasion bukan mematahkan semangat penggagas
yang cerdas, sepertinya pemerintah ketandusan ide, sekali lagi tidak bisa melihat dan membedakan mana system yang baik untuk
diguna pakai, dan mana system yang kurang baik yang perlu diperbaiki, kita melihat betapa lemah dan tumpulnya cara berpikir
para birokrat, persis seperti katak didalam tempurung, ibarat yang gagah hanya saya sahaja, yang berkuasa hanya saya sahaja
dan sayalah sang raja diraja, penentu kebijakan apapun jua, sungguh merupakan gambaran arogansi kepemimpin yang tidak layak
untuk dipertahankan, karena jelas-jelas mengkebiri rasa aman, nyaman dan kepercayaan warganya, bukankah pemimpin itu seharusnya
melindungi rakyatnya.?
Sebagai seorang pemimpin dan birokrat yang baik, semestinya mereka berterimakasih
kepada pencetus ide ini, bukan mematahkan semangat mereka, bukan memberikan jawaban ketus seperti itu, alangkah naifnya jawaban
staf dishub tersebut, menggambarkan cara berpikir yang jauh dari matang, alangkah baiknya kalau birokrat, berpikir dan berencana,
bagaimana membuat jalur padat itu menjadi lebih aman dan selesa bagi penumpang yang memerlukan armada tersebut untuk transportasi
kehidupan mereka.
Ada beberapa pemikiran yang bisa kita usulkan, yang intinya adalah bahwa
kenyamanan dan keamanan menjadi prioritas utama pemerintah dalam rangka pngembangan sarana transportasi yang memadai untuk warganya, kalau berdasarkan perhitungan teknis dilapangan memang belum memungkinkan
untuk menambah armada transportasi, alangkahnya bijaknya kalau pemerintah mencoba opsi lain, dengan tetap mengutamakan kenyamanan
dan keamanan, seperti kebijakan prosentase angkutan wanita dengan lelaki, jadi ada satu policy pemerintah yang menjamin dan
melindungi hak-hak warga negaranya untuk memperolehi kehidupan yang layak, aman, dan nyaman, terutama untuk jalur padat yang
dijam-jam padat berdesak desakan, dimana tangan-tangan jahil memulai kejahatan seksual mereka, sudah seharusnya disetiap rute
yang dilalui bus atau angkutan lainnya, mempunyai armada khusus wanita, sehingga ada pilihan bagi para wanita untuk berpergian
keluar rumah secara aman, caranya sangat sangat simple, dibuatkan payung hukum dalam bentuk undang undang per-transportasian
daerah, yang diterjemahkan dalam perda dan setelah itu hanya dengan mengumpulkan para pemilik armada atau koperasi armada,
dan memberikan penjelasan bahwa ada peraturan baru, bahwa disetiap rute diharuskan ada armada perempuannya, dimisalkan setiap
rute harus 30% armadanya adalah khusus wanita dan sisanya boleh armada umum.
Dengan system ini tidak harus menambah armada angkutan yang sedia ada,
tapi hanya kebijakan untuk menentukan berapa banyak bus perempuan yang diperlukan disetiap rute, jadi kepada pemilik bus yang
ada, hanya ditawarkan berapa buah bus nya yang akan dijadikan bus perempuan, dan dilakukan pengecatan ulang, untuk memberikan
tanda untuk bus yang diperuntukkan untuk wanita, sedang bus lainnya tetap dibiarkan seperti sedia kala, karena bus umum juga
diperlukan untuk pasangan suami istri dan anak-anak muda yang lagi berkasih-kasihan,
mereka akan memilih bus umum, jadi ada pilihan bagi wanita untuk berpergian, apakah menggunakan bus umum atau bus khusus
wanita, sehingga rasa aman, nyaman dan tertib akan terjamin secara baik.

Dilema, Bio-fuel
Sebagai Sumber Energi Alternative.
Tingginya tingkat investasi di riau dalam bidang produksi Biofuel dewasa ini, sangat membanggakan kita semua,
artikel berikut ini, kiranya bisa memberikan sedikit pemahaman, seberapa besar untung rugi yang kita perolehi dalam memproduksi
bio fuel, sehingga diharapkan pemerintah juga harus berpikir secara cermat, untuk
kelangsungan kehidupan anak cucu kita kelak, Karena dikhawatirkan eksploitasi alam secara berlebihan akan berdampak kepada
terganggunya system kesimbangan yang ada, apalagi kalau dihubungkan dengan ledakan jumlah penduduk yang mengharuskan kita
untuk mengorbankan food oil, sebagai fuel oil, dalam kasus ini sangat cocok dengan ramalan malthus, seorang ekonom politik
dunia yang hidup pada abad 18, yang terkenal dengan teory Malthus menyatakan bahwa jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per orang. (Case
& Fair, 1999: 790), beliau meramalkan akan terjadi pada abad ke-19, karena kurangnya angka statistik yang mendukung
teori tersebut, maka di abad ke-19, belum begitu signifikan teori tersebut berlaku seperti yang diramalkan-nya, tapi sepertinya
ramalan itu akan menjadi kenyataan walau bukan pada abad ke-19, mungkin pada abad ini atau abad akan datang akan terjadi apa
yang ditakutkan malthus pada 2 abad yang lalu, karena adanya persaingan manusia
dengan bahan bakar untuk kegunaan kehidupannya, keadaan ini mendorong ilmuwan dunia untuk mencari energy alternative yang
berdampak paling kecil terhadap kehidupan manusia serta bisa mengurangi ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil,
karena bahan bakar fosil merupakan salah satu pencemar utama lingkungan (atmosfer) dan juga yang
lebih penting adalah ketersediaan cadangan bahan bakar fosil itu yang tidak bisa direcovery dalam waktu yang singkat, hingga
saat ini masih belum ada kesepakatan tentang jumlah riil yang dimiliki dunia; salah satunya karena kemajuan teknologi semakin
bisa mengungkap cadangan-cadangan baru bahan bakar fosil di kedalaman bumi. Namun secara umum, mayoritas ilmuwan meyakini
bahwa suatu saat bahan bakar fosil akan habis. Dari berbagai sumber energi yang ada saat ini menunjukkan kecenderungan global
bahwa, faktor jumlah/cadangan energi dan efek pencemaran lingkungan menjadi sangat penting, berikut sekilas tentang bahan
– bahan bakar tersebut.
1.
Fossil fuel
Polusi yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil memiliki
dampak langsung maupun tidak langsung kepada derajad kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas berbahaya, seperti
CO, NOx, dan UHC (unburn hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb).
Sedangkan polusi
tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang berdampak pada pemanasan global (Global Warming
Potential). Kesadaran terhadap ancaman serius tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber
energi (energy resources) ataupun pembawa energi (energy carrier) yang lebih terjamin keberlanjutannya (sustainable) dan lebih
ramah lingkungan.
2.
Bio-Fuel
Berdasarkan review dari berbagai sumber, ternyata Bio-fuel tidak sehijau gaungnya, begitu banyak perdebatan
mengenai energi ini, bahkan tidak kalah hebatnya apabila pemanfaatan bio-fuel dilakukan secara tidak terkendali, menurut www.wetlands.org, ada sebuah perusahaan energi besar di Belanda (Essen) menyatakan berhenti menggunakan minyak sawit untuk
bahan bio fuel-nya sampai ada investigasi yg jelas bahwa minyak sawit yg mereka peroleh bukan berasal dari lahan gambut/hutan
yg dikonversi, jadi bukannya hanya dana Tommy yang BNP Barnabas yang perlu di investigasi, ternyata untuk membuat Bio-fuel-pun
harus diinvestigasi untuk memastikan bahwa bahan yang digunakan berasal dari bahan yang halal, tidak berasal dari sawit yang
diproduksi di bekas lahan gambut. Bahkan tidak kalah garangnya Parlemen Belanda dan Kementerian Lingkungan-nya “menyesalkan
dukungan mereka” selama ini terhadap pengembangan Bio Fuel (Belanda merupakan importir minyak sawit terbesar di Eropa)
dan telah mencabut subsidinya terhadap minyak sawit yg masuk ke belanda, disebabkan karena lahan perkebunan dan hutan tanaman
sering kali dibuka pada lahan yang sebenarnya memiliki peran ekologi penting di alam. Contohnya adalah lahan gambut. Apabila
lahan gambut dikonversi menjadi lahan kelapa sawit, sekitar 30 ton CO2 akan teremisi ke udara untuk 1 ton kelapa
sawit per hektar akibat terjadinya dekomposisi gambut. Sedangkan bahan bakar fuel yg menghasilkan energi setara dengan 1 ton
sawit “hanya” menghasilkan 3 ton emisi CO2. Kalo sudah dikonversi, umumnya lahan sawit digambut sangat
rentan terbakar sehingga ditaksir sekitar 2 giga ton / tahun CO2 diemisikan ke udara apabila lahan tersebut terbakar,
yg “hanya” setara dgn 8% emisi CO2 dr Bahan Bakar fosil seluruh dunia, dan inilah donator terbesar
yang menyebabkan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya global warming, sehingga menganggu system keseimbangan alam yang
juga memperburuk bencana banjir, kekeringan dan badai, membuat es di kutub mencair dan merusak sistem iklim hingga seribu
tahun mendatang .
Sekarang kita coba berikan tinjauan, kalau lahan sawit atau
lahan bahan baku bio fuel lainya yang tidak berasal dari bekas lahan gambut, maka berdasarkan data http://en.wikipedia.org diperoleh hubungan antara luas
ladang yang harus dibebaskan untuk memproduksi bahan bakar bio fuel setiap hektarnya.
Tabel
1. Produksi Biodiesel dari berbagai tanaman:
Tanaman
Penghasil
Bio
Diesel |
Jumlah
Produksi (Liter/ha/tahun) |
Kacang
kedelai
Jarak
Minyak
Sawit
Alga
|
446
1892
5950
95000
|
Tabel 2. Produksi Bioetanol dari berbagai tanaman ( (http://priuschat.com)
Tanaman
Penghasil
Bio
Ethanol |
Jumlah
Produksi (Liter/ha/tahun) |
Gandum
Jagung
Switchgrass
Tebu |
2900 3100
5700
6500 |
Dari presentasi Kebijakan Penyediaan dan Mutu Bahan Bakar Minyak Untuk kendaraan Bermotor oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi tahun 2004 diketahui bahwa konsumsi bahan bakar minyak untuk
transportasi pada tahun 2003 adalah sebagai berikut:
Tabel
3. Kebijakan Pemerintah untuk penyediaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak Untuk Kendaraan Bermotor
Jenis
Bahan Bakar |
Konsumsi
Bahan Bakar Minyak
Untuk
Transportasi Tahun 2003
(
megaliter/tahun) |
Premium
Premuim
TT
Pertamax
Pertamax
Plus
Solar |
11482.8
3164.7
386.3
111
12108.9 |
Sebelum kita memberikan
analisis kelayakan pemakaian Bio fuel diatas, ada baiknya literarur berikut kita pahami, bagaimana bio- fuel bekerja untuk
menghasilkan energy pada kendaraan bermotor.
Bio-fuel adalah bentuk alternative bahan bakar yang dibuat dengan cara blending antara bahan bakar
gasoline dengan ethanol atau methanol, seperti E-10, bermaksud bio-ethanol tersebut mengandung 10% Ethanol dan 90% gasoline,
atau M-15, yang bermaksud bahan bakar tersebut mengandung 15% methanol dan 85% gasolin.
Konsep ini pada awalnya berasal dari keinginan beberapa ahli
untuk mengganti octan booster (zat yang yang dapat menaikkan angka octan) dimana pada awalnya octan booster yang digunakan
tersebut adalah dari senyawa timbal, yang kita kenal dengan TEL (Tetra Ethyl Lead), kemudian mengingat timbal yang digunakan
tidak begitu aman bahkan membahayakan bagi kesehatan manusia, maka muncullah apa yang kita kenal dengan sebutan MTBE (Methyl Terthier Buthyl Ethylen), dan ada beberapa senyawa octan booster
lainnya yang berasal dari turunan senyawa aromatic, dimana diperoleh korelasi antara gasoline pure dengan gasoline plus octan
booster, dimana diketahui dengan penambahan 0.1 gram timbal per 1 liter gasoline mampu
menaikkan angka oktan sebesar 1.5–2 satuan angka oktan dan diketahui juga bahwa timbal adalah merupakan komponen
dengan harga relatif murah untuk kebutuhan peningkatan 1 satuan angka oktan dibandingkan dengan menggunakan senyawa lainnya
( Teknik Kimia, UI)
Berdasarkan sifat-sifat fisik dari methanol dan ethanol, diperoleh bahwa ethanol lebih disukai dibanding methanol,
karena methanol lebih korosif daripada ethanol serta methanol juga dapat menyebabkan kesukaran untuk starting pada kondisi
cuaca dingin atau vapor lock ketika panas.
Diketahui oktan methanol dan ethanol lebih tinggi dari gasoline, sehingga dengan pencampuran gasoline dengan
methanol dan ethanol diharapkan akan menaikkan nilai oktan dari gasoline dan diharapkan efisiensi mesin juga akan lebih baik.
Perhitungan berikut menunjukkan bahwa kenaikan angka oktan saja belum tentu menjamin bahwa efisiensi mesin akan
lebih baik, berikut analisisnya;
Calorific value/Nilai kalor
: Energi yg dilepaskan pada proses pembakaran bahan bakar per-satuan volume atau per-satuan massanya.
Efisiensi thermal Engine =
1 - (Qout / Qin)
Qout
= Kalor yg dibuang pada proses blowdown diruang bakar engine.
Qin
= Kalor masuk ke ruang bakar (terjadi pada proses pembakaran bahan
bakar).
Makin
besar Qin –> efisiensi thermal makin tinggi. Calorific value makin besar –> makin besar Qin –>
makin tinggi tekanan pendorong piston di dalam ruang bakar. Calorific value untuk Ethanol = 29.7 MJ/Kg, Calorific Value
untuk Bensin = 47.3 MJ/KG
Jadi secara teoritis efisiensi thermal engine ethanol bensin (91-98)
Hasil
perhitungan itu dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Pada bahan bakar dgn nilai oktan rendah, proses penyalaan terjadi ketika posisi piston masih agak jauh dari TDS (Top
Displacement Stroke), sehingga arah gerak piston sempat beberapa saat berlawanan dgn arah tekanan gas pembakaran. Setelah
melewati TDS, maka arah gerak keduanya menjadi searah dan melakukan kerja positif. Jadi sempat terjadi losses. Proses penyalaan
ini terjadi dgn sendirinya, karena tekanan yg tinggi di ruang bakar, dikenal dgn istilah self ignition/knocking.
2. Pada bahan bakar dgn nilai oktan yg tinggi, proses penyalaan bahan bakar terjadi ketika piston sudah sangat dekat dengan posisi TDS. Karena itu tekanan dari
gas pembakaran benar-benar digunakan untuk mendorong Piston melakukan kerja positif (dalam hal ini mendorong mobil), karena
arah tekanan gas & gerak piston searah.
Dengan demikian untuk etanol yg mempunyai nilai oktan tinggi, tekanan hasil pembakarannya benar-benar digunakan
untuk mendorong piston melakukan kerja positif. Walaupun begitu, Ethanol mempunyai Calorific Value yg lebih rendah dibanding
gasoline, sehingga tekanan atau daya pendorong pistonnya
juga lebih rendah.
Sehingga untuk menghasil energy yang sama dengan bensin per km-nya, diperlukan konsumsi bioetanol murni (E100)
yang lebih boros 34% dibandingkan bensin dan ini sesuai dengan riset yang dilakukan oleh (http://www.fueleconomy.gov), sedangkan menggunakan biodiesel
murni (B100) lebih boros 10% dibandingkan petrodiesel.
Dengan demikian, untuk dapat mengganti tingkat konsumsi premium (gasoline) sebesar 11482,8 megaliter pada tahun
2003 dibutuhkan 15387 megaliter bioetanol. Di sisi lain, untuk mengganti tingkat konsumsi Solar sebesar 12108.9 megaliter
pada tahun 2003 dibutuhkan biodiesel sebanyak 13320 megaliter.
Berdasarkan data di atas, untuk memroduksi 15387 megaliter bioetanol setiap tahunnya dibutuhkan 2367231 hektar
ladang tebu per tahun. Sedangkan untuk memproduksi 13320 megaliter biodiesel setiap tahunnya dibutuhkan 7040169 hektar ladang
pohon jarak per tahun.
Dalam satuan km², yang diperlukan untuk mengganti seluruh konsumsi bensin dan solar di Indonesia pada tahun
2003 ke bentuk energi yang terbarukan adalah 23672 km² ladang tebu dan 70402 km² ladang pohon jarak. Jumlah keduanya adalah
94.070 km² atau hampir seluas propinsi Riau setelah pemekaran (111.228,65 km2).
Melihat kepada luasnya areal yang diperlukan untuk memproduksi bio fuel, yang berakibat kompetisi dengan bahan
makanan manusia, dan akan menyebabkan efek global warming yang luar biasa, berdasarkan table
1 sebelumnya ternyata ada pilihan lain yang lebih menarik, dimana alga bisa memproduksi hampir 50 kali lipat lebih banyak
dibandingkan bio-diesel yang dihasilkan oleh jarak, dimana alga ini sedikit merusak ekosistem aquatic dan juga bisa dibudidayakan
didaerah pantai,sungai dan tempat-tempat budidaya lainnya, apalagi Negara kita adalah Negara kepulauan yang mempunyai luas perairan yang lebih besar dari daratan.
Prose intesifikasi pantai menjadi lahan produksi alga, tidaklah begitu susah, sebagaimana cerita film documentar
Metro Teve dengan judul benteng PANTURA, yang berhasil membendung laut untuk dijadikan daerah tambak, disepanjang pantai Pantura,
tentu tidak mustahil untuk budidaya Alga ini, yang diharapkan akan menjadi alternative lain disamping sumber bahan baku bio
fuel yang tengah dikembangkan saat ini.
Dari tinjauan ke-ekonomian berdasarkan energy yang diperlukan, maka penggunaan ethanol 10%, untuk bahan bakar
mobil, diketahui bahwa mobil dengan bahan bakar E10 lebih boros 1.5% dibanding menggunakan bensin biasa (http://www.ethanol.org). Etanol
memang memiliki nilai oktan lebih tinggi daripada bensin, tetapi tingginya nilai oktan belum tentu mempengaruhi efisiensi
atau kadar emisi gas buang. Walaupun demikian, mereka berkesimpulan gasohol E10 lebih efisien dari sisi harga, tapi ini tentunya
mengasumsikan bahan bakar minyak tidak disubsidi. Diberikan juga data bahwa ternyata bio-fuel, khususnya bio-ethanol, lebih
korosif dari pada menggunakan gasolin biasa.
Sedangkan kalau menggunakan methanol sebagai bahan campurannya, diperoleh bahwa harga bahan bakar keduanya adalah sama, dimana diperlukan sebanyak 1.7 gallon M85 untuk digunakan pada jarak tempuh yang sama, digunakan gasoline
sebanyak 1 gallon, sedang harga 1 gallon gasoline adalah 1.7 kali harga 1 gallon M85.
Pendapat yang mengatakan bahwa Bio fuel bisa jadi lebih ramah lingkungan karena tanaman penghasil bio fuel bisa
menangkap karbon dari atmosfer, yang pada reaksi pembakaran mesin mobil akan dilepaskan kembali ke atmosfer. Sedangkan fosil
fuel berasal dari minyak bumi yang tersimpan jutaan tahun di dalam perut bumi.
Menggunakan bio fuel praktis tidak akan menambah jumlah karbon di atmosfer, dengan asumsi tidak ada penambahan
karbon dioksida (CO2) ke-udara dengan pembukaan lahan perkebunan tersebut, kajian terperinci untuk itu perlu dilakukan
sehingga bisa diminimalisasi produksi CO2 yang dihasilkan agar kondisi CO2 diatmosfir tetap berada dalam
kesetimbangan sehingga sesuai dengan tujuan awal untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, disamping menghemat penggunakan
fossil fuel sebagai bahan bakar. Sedangkan menggunakan fosil fuel jelas akan menambah jumlah karbon di atmosfer dan diperlukan
waktu yang sangat lama untuk merecovery sumber bahan bakar fossil yang tersedia.
Dari
uraian diatas, ada beberapa kekhawatiran dan peluang yang dapat kita manfaatkan, yaitu :
§ Bio diesel bukan merupakan pilihan yang terbaik, tetapi teknologi ini harus mulai dikembangkan dari
sekarang, untuk mengantisipasi krisis bahan bakar fossil, yang berujung kepada krisis kemanuasiaan dikemudian hari.
§ Perlu Intensifikasi tanaman penghasil bio-fuel dengan regulasi
dan control yang yang baik.
§ Perlu Modifikasi engine untuk proses pembakaran yang lebih sempurna
§ Observasi senyawa kimia yang bisa menaikkan caloric value
§ Explorasi pembuatan fossil fuel sinthetis yang lebih environmental
friendly.
Mungkinkan terusan Suez berpindah ke Riau..?

Sedikit share opinion, mudah2 an berguna, dan berharap ide2 ini bisa dieksekusi
oleh yang berwenang dan yang punya otoritas untuk itu, walaupun saya tidak begitu yakin penguasa disana punya nyali untuk
mengeksekusi semua ide2 yang disampaikan, lagu regae ini sangat indah untuk kita dengan dan renungkan dari kaum kelompok yang
menamakan dirinya Rastafarian Indonesia;
Aku
ingin nyanyikan lagu buat orang-orang yang tertindas
Hidup
dialam bebas dengan jiwa yang terkapar
Dengan
jiwa yang terbabas
Kenapa
harus takut pada matahari, kepalkan tangan dan halau setiap panasnya…
Kenapa
harus takut pada malam hari, nyalakan api dalam hati usiri segala gelapnya
Aku
ingin nyanyikan lagu bagi kaum kaum yang terbuang
Kehilangan
semangat juang terlena dalam mimpi panjang
Ditengah
hidup yang hiba
Dilorong
lorong jalan
Dikolong
kolong jembatan
Dikaki-
kaki lima, dibawah menara
Kau
masih mendekam derita 2x
Aku
ingin nyanyikan lagu tanpa kemiskinan dan kemunafikan
Tanpa
air mata dan kesengsaraan
Agar
dapat melihat syurga 2x
Sebelumnya
mohon maaf, kalau kebanyakan isi posting yang saya sampaikan berisi berita-berita sekitar management yang agak jauh berbeda
dengan background dasar saya sebagai seorang engineering, karena menurut saya posting2 keilmuan akan sangat sempit dan jangankan
orang-orang diluar konteks keilmuan saya sendiri, orang-orang yang se-background dengan kitapun belum tentu ngeh dengan yang
akan kita sampaikan.
Tapi
management adalah cara yang paling general untuk mengungkapkan pikiran, yang mana setiap kita adalah pemimpin, minimal untuk
diri kita sendiri atau keluarga, nah untuk memimpin tentu kita perlu strategi, sehingga ide yang kita sampaikan akan bisa
sampai sesuai dengan maksud yang kita inginkan, berharap kita mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan
diri pribadi, keluarga dan masyarakat, saya kira tak ada seorangpun dari kita yang ingin hidup menderita selamanya, semua
pasti mau kaya, mau aman, sejahtera, tercukupi semua kebutuhan dan keinginan punya anak-anak yang bisa mengenyam pendidikan
yang terbaik, bahagia hidup didunia dan insyaallah diakhirat juga kelak, bukan begitu…?
Dari
posting sebelumnya kita bicara dan mengkritisi kebijakan pembangunan yang sangat tumpul pul.., saya telah mengurutkan pesan
yang saya sampaikan secara runtun, mulai dari permasalahan, solusi permasalahan dan strategi kongkrit, mensiasati untuk keluar
dari permasalahan tersebut..
Yang
walaupun hanya berupa sumbangan dan kontribusi ide ini, berharap ide yang baik dan bermanfaat, insyaallah jauh lebih bermanfaat
daripada tenaga dan uang yang kita punya, seberapapun itu, kalau tidak dibarengi dengan cara berpikir yang progressive dan
inovatif.
Kita
coba review, yang telah kita komentari sebelumnya, ada program K2I, pendidikan telah kita berikan pemikiran2 konstruktif kita,
mulai dari strategi pencantolan PT dibawah Kepala dinas, yang berharap akan meningkatkan kesejahteraan para pegawai dan teknisi
serta akademisi di lingkungan PT di Riau, kemudian baru diikuti dengan pengusulan pengelolaan dana kesejahteraan dan pembangunan
PemDa tingkat satu untuk kemajuan UNRI, berharap urutan itu tidak dibalik, ide-nya…
Sedikit
tambahan, kalau tidak salah akhir tahun lepas, ada rombongan Rektor dan para dekan, yang pergi ke Malaysia, mudah2 an ada
hasil konkrit yang diperoleh dari kunjungan tersebut terutama untuk kemajuan UNRI kedepan, dan tentunya tidak berharap,kalau
kunjungan itu hanya untuk show in management baru di Universitas Riau kepada universitas di Malaysia. Kalau ide pemanfaatan
dana PemDa sebelumnya terlalu maju, maka berdasarkan kekurangan yang kita miliki terutama mengakses jurnal dan electronic
library, mungkin sebaiknya dibuat kerja sama kongkrit, terutama yang menguntungkan kita, apakah dalam bentuk pertukaran pelajar,
dimana diharapkan mahasiswa tahun akhir atau skripsi kita, bisa magang atau studi di Malaysia, sebelum mengerjakan thesis-nya
atau yang sedang ngerjakan thesis-nya, atau dijajaki juga kemungkinan, mana tahu program D3 kita bisa meneruskan s1-nya di
Malaysia, artinya dengan hanya menambah sedikit mata kuliah mereka bisa mendapatkan S1 Luar Negeri, dengan tidak banyak mengeluarkan
dana, seperti layaknya yang masuk dari awal.
Jadi
dengan adanya magang atau pertukaran pelajar tersebut, mahasiswa diarahkan untuk mencari material/bahan2 jurnal sebanyak-banyaknya
selanjutnya dibawa pulang dan dikerjakan di kampus kita, sehingga penelitian ditempat kita lebih hidup dan lebih up todate.
Sebagai
sebuah centres of excellent, tentu dunia kita tidak hanya dibatasi diruang kuliah, lab. dan rumah, nah kita coba lihat pula
analisis pembangunan lain diluar sektor kependidikan, terutama infrastruktur, ditinjau dari segi keuntungan dan kerugian yang bakal diperoleh apabila peningkatan Infrastruktur dari program K2I yang dijalankan,
yakni peningkatan FaSum, tepatnya jalan TOL Pku-Dumai, dulu saya sudah sampaikan supaya diharapkan akan ada inter connection
antara Indonesia dan Malaysia, melalui pelabuhan Dumai, mungkin ide itu sangat maju, tapi bagi yang mengikuti perkembangan
pertemuan ASEAN di Cibu-Filiphina, sepertinya hubungan inter connenction antar Negara juga sudah masuk dalam agenda bahasan
mereka.
Ada
banyak keuntungan yang diperoleh, diantaranya :
- Jarak Pku - Dumai yang diperkirakan sekitar 180
KM, akan bisa dipersingkat menjadi 100 KM (Berdasarkan talk show Riau Teve) beberapa masa yang lalu, artinya disitu ada penghematan
masa dan cost untuk berpergian dari PKU-Dumai.
- Dengan dibukanya Dumai sebagai KEK ( Kawasan Ekonomi
Khusus), seperti halnya otorita batam pada masa lampau, akan memberikan jalur birokrasi yang singkat untuk mengurus pendirian
badan usaha dan investasi di dumai, yang menurut informasi, bulan Februari ini perusahaan Wilmar Energy, akan memulai produksi
Biodisel di Dumai dengan kapasitas awal 350 ribu ton/th, dan diharapkan akhir tahun 2007, kapasitas produksi akan mencapai
1 juta ton/th, yang merupakan pabrik biodiesel dengan kapaistas terpasang terbesar
didunia.
- Akan membuka geliat ekonomi baru di Dumai dan akan
memberikan impak yang cukup lumayan, apalagi kalau jalan TOL Dumai – Pku siap beroperasi, ada beberapa buah pump bensin
tentu akan berdiri dan dilengkapi dengan tempat peristirahatan, yang lebih baik .
- Akan ada penambahan lapangan kerja baik dari segi
per transportation, bus, travel, driver, knek, travel agency, termasuk perdagangan suku cadang, supply bahan baker yang tentu
akan berimbas kepada PAD daerah tentunya.
- Memberikan image maju, sebagai sebuah destinasi
pelancongan yang apabila dikelola secara baik akan meningkatkan, sektor ikutan lain dari pembangunan tersebut.
Adapun
kerugian, yang akan dialami, yang terlihat hanyalah jumlah subsidi yang akan dibayar PemDa untuk tahun-tahun awal, kenapa
saya katakan tahun-tahun awal, karena saya haqqul yakin, proses subsidi itu tidak akan berlangsung lama, diantara alternative,
kalau subsidinya memang besar adalah dengan mengalihkan trasportasi sungai, yang biasanya melewati sungai Siak, distop, dan
digantikan transportasi menggunakan jalan TOL, karena secara ekonomi, sangat banyak kerugian Negara yang ditimbulkan oleh
transportasi sungai yang ada saat ini, termasuk diantaranya yang diuntungkan hanya pemilik kapal dan crew nya saja, kerugian2
tersebut, seperti :
- Sungai menjadi kotor dan tidak terawat dengan baik,
sehingga dulunya sungai bisa memproduksi ikan, kemungkinan sekarang sangat sedikit ikan yang bisa dihasilkan dengan sungai
yang sebegitu kotor.
- Terjadi abrasi disepanjang pinggir sungai, sehingga
terjadi pendangkalan sungai, yang berkemungkinan juga adalah biang keladi penyebab banjirnya daerah-daerah disekitar sungai
siak baru-baru ini.
- Memberikan potret buruk kepada dunia luar tentang
kemiskinan masyarakat disepanjang aliran sungai, termasuk cara hidup mereka yang tidak sehat.
- Yang terakhir dan paling banyak menyedot kerugian
Negara adalah bebas dan tidak terkontrolnya lalu lalang hasil hutan disepanjang sungai siak, karena kita tahu disepanjang
sungai siak, begitu banyak usaha-usaha perkayuan, apakah kayu blondongan, kayu sowmill bahkan mungkin juga ekspor illegal
polly wood, serta barang2 lainnya ke Negara Jiran, karena sering kali kalau kita lewat ke Malaka dengan kapal, banyak sekali
kayu-kayu yang ditarik oleh kapal2 tongkang menuju ketengah laut dan berdasarkan beberapa data waktu yang lalu, ada sedikit
heboh banyak kayu illegal yang beredar di malaka, yang ditenggarai dibeli oleh perusahaan salah seorang datuk anggota parlemen
barisan nasioanal (BN) Malaka, Malaysia. Tapi dengan kelihaian ahli parlement tersebut issue kayu illegal yang dibelinya itu
beralih kepada issu pegawai imigrasi yang tidak proffesioanl, sehingga issu itu akhir hilang lenyap ditelan manisnya duit
kayu riau, sedangkan pemerintah kita tidak dapat apa2 darinya. Bahkan dalam rapat parlemen ketika itu, ada anekdod, untuk
membedakan hormat antara polisi dengan hormatnya staf imigrasi, sangat lucu he he..Sulit untuk menggambarkan perbedaan kedua
hormat itu disini.
Berdasarkan
realita itu, saya berpendapat akan lebih bijak kiranya jika sungai siak itu dijadikan kembali sebagai sungai produksi, terutama
untuk pengembang-biakan ikan, disepanjang sungai sungai itu, tentu ini akan memberikan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat,
baik dari segi produksi ikan, pembuatan pellet ikan, dan terutama kita bisa memelihara sungai kita, walaupun belum bisa dimanfaatkan
secara komersial dalam arti yang sebenarnya.
Hal
ini juga bisa kita hitung untuk menutupi kekurangan volume kendaraan yang melalui jalan TOL Pekanbaru-Dumai, mungkin PemDa
bisa menjalin kerjasama dengan Menaker trans, atau para pengusaha PJTKI, yang memberangkatkan TKI ke Malaysia yang berjumlah
lebih dari 2 juta orang saat ini, kalau jumlah itu bisa kita arahkan dengan sedikit promosi dan biaya yang lebih kecil maka
Riau, terutama pekanbaru dan Dumai akan menjadi tempat persinggahan sementara mereka sebelum pulang kekampung halamannya masing-masing,
ini juga akan memberikan keuntungan bagi masyarakat kita. Apalagi berdasarkan info yang dipercaya, untuk tahun ini PemDa menyediakan
dana pinjaman lunak lebih kurang 3.5 milyar, untuk TKI/TKW yang mau berangkat keluar negeri, sehingga TKI/TKW asal Riau tidak
perlu menjual tanah dan sebagainya untuk mencari rezeki dengan bekerja dikilang-kilang Malaysia lagi.
Pada
saat yang sama kita harapkan bisa dibuat suatu perencanaan Induk pengembangan sungai siak yang lebih baik, apakah untuk transportasi
atau wisata sungai, kalau bisa menjadikan sungai siak seperti halnya Terusan Suez dengan panjang 163 km dan lebar tersempitnya lebih kurang 60 m, yang cantik nan bersih, tentu
akan memberikan nilai wisata dan ekonomi yang menjanjikan juga, bagaimana berkembangnya daerah Egypt dengan keberadaan terusan
suez, kalau bisa konsep terusan suez itu dibawa kenegara kita tentunya akan memberikan ketertarikan lain yang luar biasa,
tentu dengan kemasan dan sedikit polesan.
Seperti
Malaysia yang terinspirasi oleh WTC nya amrik, dan menjadikan di Malaysia yang dikenal dengan KLCC, yang juga merupakan menara
kembar, yang seperti angka 11, melambangkan pintu masuknya orang ke Malaysia, atau juga kesuksesan Malaysia membawa High Portable
Ferry’s Wheel, roda ayunan gergasi dengan ketinggian 60 m, yang diletakkan di taman tasik titi wangsa untuk disewa selama
setahun dalam menyambut Visit Malaysian Year 2007, yang juga bertepatan dengan one golden Malaysian Anniversary, yang membuat
bising telinga setiap malam selama 1.5 jam setelah Isha dengan pesta fireworks (kembang api) nya, yang mereka panggil dengan
sebutan The Eyes on Malaysia, yang juga terinspirasi dengan London Eye di United
Kingdom, katanya.
Tidak
seperti saudara-saudara DPR kita yang berstudi banding dengan main judi dikasino-kasino London dan memindahkan baju-baju mewah,
sepatu dan segala macam yang bermerek sana untuk dipertonton dan dibanggakan setelah pulang ke Indonesia, sangat berbeda bukan,
cam kata orang putih:
“ It’s does not matter, how high you stand, how far you travel, the matter is how many things you got into
a piece of your live”
Lupakan
kawan2 kita itu, harapan kita suatu saat nanti, kita lihat terusan suez yang menghubungkan laut Mediterranean dengan laut
Merah akan kita jumpai juga ditempat kita dengan kemasan yang lebih dinamis dan maju, karena sangat besar keuntungan yang
diperoleh dengan adanya persinggahan, serta pajak kapal-kapal yang membawa container, mangkanya tidak salah Malaysia, selalu
membuat pelabuhan2 laut menjadi pelabuhan kelas dunia, yang menjadi perantara barang2 di asia Tenggara, bukan pelabuhan biasa.
Sekian dulu cukilan
sedikit ide dan wawasan baru, semoga bermanfaat.
Kuala Lumpur, January 2007

Fast Forward with First Class Mind Set.
Ada
begitu banyak pertanyaan dan keraguan yang berkecamuk didalam pikiran saya yang membuat saya susah untuk tidur, terutama pernyataan
saya, yang diilhami oleh statement wapres pada posting sebelumnya, salah satu pertanyaan itu adalah : Apakah mungkin kita
bisa merubah bureaucracy mindset kepada cara berpikir (entrepreneur mindset)..? Terutama kalau kita kaitkan dengan dunia pendidikan, yang selama ini identik dengan kenestapaan,
pengabdian dengan gelaran pahlawan tanpa tanda jasa, yang dipopulerkan lewat lagu Iwan Fals sang “ Oemar Bakri”
lengkap dengan sepeda buntut-nya, yang dgenjot sampai keluar kentut. Berikut saya akan coba ber-khayal untuk merubah sang
oemar bakri, menjadi direktur berdasi yang mengelola pendidikan sebagai sebuah industri, yang menjual produknya sesuai dengan
trend market yang berkembang cepat, yang menghitung, berapa besar benefit yang bisa kita peroleh darinya dengan perspective
global, termasuk sebutan yang melekat didalamnya, seperti Direktur, dllsbg-nya.
Berdasarkan diskusi-diskusi kita yang lalu, sepertinya saya melihat ada suatu peluang besar untuk memajukan UNRI, diawali
dengan cara membina mitra strategis dengan Pemda seperti success story yang negara
lain pernah buat.
Perubahan System pemerintahan dari Setralisasi menjadi De-sentralisasi, akan memberikan tantangan dan peluang besar
bagi daerah untuk berkembang, sesuai dengan kebutuhan lokal, budaya dan ketersediaan SDA -nya tentunya.
Berdasarkan informasi, belum adanya kepastian yang terukur dan evaluasi yang berkesan terhadap hasil yang telah dicapai
dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia lokal, berbanding biaya yang sudah dikeluarkan pemerintah daerah untuk memajukan
sumber daya manusianya.
Dalam rangka mencapai matlamat visi Riau 2020, untuk menjadi pusat perdagangan dan budaya Melayu se Asia tenggara,
dan sejalan dengan program pemerintah yang menitik beratkan dalam peningkatan sektor yang dikenal dengan istilah K2I ( Kemiskinan,
kebodohan dan Infrastruktur), usulan yang akan diuraikan dibawah sangatlah beralasan untuk ditindak lanjuti.
Menjadi pusat budaya melayu se Asia tenggara, bukanlah hanya kata senda gurau semata, tapi ini adalah tujuan yang sangat
beralasan, karena kalau kita tahu sejarah, sebetulnya bahasa Melayu, terutama Riau kepulauan, adalah merupakan cikal bakal
bahasa Nasional yang digunakan di rantau Asia Tenggara, baik Malaysia, Brunai dan Singapore. Karena berdasarkan sejarah, bahasa
melayu ini pertamakali digunakan oleh kerajaan Johor, yang berpusat di Siak Sri Indrapura, faktanya sampai saat ini, yang
menggunakan dialek khas Melayu, beserta sengaunya yang khas adalah berasal dari daerah Riau kepulauan, Johor. Malaka, Selangor,
perak dan termasuk negeri sembilan, tetapi agak sedikit berbeda dialeknya, yang menyerupai dialek Minang, tidak demikian halnya
dengan dialek bahasa yang digunakan di daerah Perlis, Kelantan, Pahang dan Terengganu yang berbeda dengan bahasa Melayu yang
kita kenal sekarang. Artinya bahasa Malaysia itu berasal dari bahasa kerajaan
Johor yang beribu kota di Siak Sri Indrapura, bukan berasal
dari bahasa Perlis, kelantan, pahang ataupun terengganu. Dan oleh karenanya kita patut berbangga untuk itu, because the most of the north semenanjung communities are Indonesian root and our
language have been used as practice in south-east asia.
Berdasarkan sejarah masa lalu kita yang pernah kuat dan disegani, akan menjadikan modal besar bagi kita untuk kembali
menunjukkan bahwa kita memang adalah bangsa yang besar dengan tingkat tamaddun budaya yang tinggi.
Me-refer kepada permasalahan dan sejarah diatas, sudah sepatutnyalah kita mulai berpikir secara cerdas dan cepat untuk
mengelola semua asset daerah dan memajukan semuanya secara cepat, berwawasan dan kongkrit.
Saat ini kita
sangat miskin pemimpin yang memenuhi syarat (qualified) dan berkualitas, disegala lini, sehingga SDA kita yang melimpah belum
bisa menjamin kita untuk hidup bahagia, untuk itu terobosan berikut akan merupakan future
investment untuk kebahagiaan anak cucu kita kelak.
Yang pertama yang bisa kita lakukan adalah merubah cara berpikir birokrasi (bureaucracy
mindset) kepada cara berpikir entrepreneur (entrepreneur mindset), cara yang
saya usulkan adalah berdasarkan data-data dilapangan kita peroleh bahwa ada dana Pemda sekitar Rp.15 milyar/tahun yang dianggarkan
untuk peningkatan SDM, terutama beasiswa untuk masyarakat, dosen dan staff pemerintahan di provinsi Riau, belum termasuk dana
Rp.10 milyar lebih yang diberikan ke UNRI setiap tahunnya.
Metode-nya adalah dengan merubah system yang kita guna pakai sekarang, dimana pemerintah daerah menggelontorkan dana
keluar daerah, bahkan keluar negeri untuk membiayai para mahasiswa untuk mengambil berbagai program pendidikan, sekarang saya
usulkan agar dana itu digunakan didaerah kita saja, caranya kita tidak harus mengirimkan mahasiswa kita ke luar darah atau
ke luar negeri lagi dalam jumlah besar, tapi kita akan hire, sewa dosen kontrak,
baik dari dalam negeri yang berasal dari dosen-dosen yang kualified dari universitas terkenal, maupun luar negeri yang kita
mau, kemudian kita sesuaikan dengan persyaratan Dikti dalam hal pembentukan program Master dan
Doktor, sehingga setiap program study yang kita usulkan akan eligible untuk
melaksanakan pendidikan S2 atau S3, dengan menggunakan dosen-dosen kontrak tersebut, begitu banyak dosen-dosen yang kualified
baik didalam dan luar negeri, terutama yang berasal dari Indonesia, yang bisa kita recruit, tentu dengan bayaran yang sesuai
dan tentu pula harus lebih dari kebanyakan dosen di PT lain di Indonesia. Dan tentu seiring dengan pe-rekruitan dosen-dosen
yang berkualitas tersebut, tentu juga diiringi dengan peningkatan kualitas disemua aspek kehidupan kampus, baik hard ware
maupun soft ware-nya, sehingga diharapkan uang Pemda yang semulanya diputar dan dihabiskan didaerah lain, sekarang kita balik,
kita putar dan gunakan didaerah sendiri, tentunya dosen-dosen kontrak kita juga akan menghabiskan kebanyakan dananya ditempat
kita juga, bermakna terjadi geliat positif perputaran ekonomi disitu.
Begitu akreditasi program S2 dan S3, berjalan dengan baik, setelah itu saatnya kita melakukan promosi besar-besaran
didalam negeri, melakukan MoU dengan semua pemerintahan di seluruh Indonesia, dengan harapan, banyak yang berminat untuk melanjutkan
sekolah di tempat kita, karena didukung oleh fasilitas dan tenaga pengajar yang berpengalaman international dan juga tentunya
pendidikan yang berorientasi, education for live and live thereafter, bukan education for the memorial datas.
Berhasil tidaknya program ini tentu tergantung dari keseriusan kita bersama sebagai sebuah team work, that means more we, less my, utamakan kepentingan untuk bangsa-ku
dulu, dan jangan dibalik dalam spelling bang-SAKU, dua kata yang nyaris sama
dan kadang disamakan, padahal mempunyai arti yang jauh berbeda, seperti apa maksud hakiki dari team work tadi, kata supervisor
saya, we are a team work, berbisik teman saya dibelakang, yah team work, Prof. create money and we are spent the money, this
is the fair enough, kan..he he…just joke.
Ada banyak
keuntungan yang bisa kita perolehi, diantaranya :
- Up-grading kemampuan tenaga pengajar kita yang sedia ada, karena mendapat training dan terpacu oleh dosen kontrak tersebut,
terutama peningkatan dari kualitas riset dan kemampuan mengajar at least kemampuan speaking-nya.
- Pemanfaatan dana perencanaan pengembangan SDM Pemda lebih terarah, untuk
kemajuan yang kita impikan secara kongkrit,
- Pola dan system pendidikan yang lebih maju, focus dengan education for live not for a memorial datas only.
- Tambahan keuangan UNRI dari dana alokasi pendidikan Pemda dan SPP yang dibayar oleh staff pemda dan masyarakat yang
ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, baik dari politisi, Pemda Lokal, maupun pemda-pemda lain diseluruh
Indonesia.
- Dengan system pendidikan yang lebih baik, tenaga pengajar yang kualified, akan merangsang minat calon-calon mahasiswa
dari seluruh Indonesia, tidak hanya di
Riau, untuk melanjutkan pendidikannya di Riau.
- Mempersiapkan mahasiswa kita, untuk lebih siap menghadapi system globalisasi pendidikan dunia, yang berawal dari penguasaan
bahasa Inggris yang lebih baik, tentu juga penguasaan bahasa lain seperti Bahasa Arab yang semestinya akan masih relevant
untuk dikuasai, dengan kondisi bangsa Arab kini, begitu banyak peluang kita untuk mengambil students dari sana, atau juga
kemungkinan kita untuk mengirim tenaga insinyur, dokter dan perawat kesana, bahkan Malaysia pun masih mendatangkan tenaga
Medis dari Luar Negeri, seperti dari India dan seandainya tenaga medis itu bisa kita sediakan dengan kualitas yang setara,
tentu Malaysia akan menggunakan tenaga medis dari kita, disebabkan faktor kesamaan bahasa dan agama jua tentunya, apalagi
kita berasal dari rumpun yang sama, asal jangan rumpunnya saja yang diantar ke-kita, yang lainnya diantar kenegara lain.(
kata salah seorang staf Tabrani yang mau kerjasama dengan hospital Malaka untuk tempat
praktek mahasiswa/i –nya, dalam perjalanan PKU – KL, kebetulan saya dan beliau duduk di-first class seat, he he..,
but unfortunately, karena ada wakil gubernur Riau, yang juga mau ke Malaysia, terpaksa saya dan beliau disarankan Pramugari
untuk pindah ke seat dibelakangnya, he he.. kasihan deh, but It is the nice trip karena saya dapat berbagai info yang memberangsangkan,
yang membuka minda saya untuk berpikir diluar konteks bidang saya)
- Kita harapkan kedepan, kita bisa mencetak graduan-graduan yang bisa menggunakan knowledge-nya untuk hidup, bukan untuk
hanya sekedar menyimpan data-data saja, yang akhirnya diharapkan UNRI bisa menghasilkan quality and qualified leader to the
best future for our country.
Demikianlah sekelumit oret-oretan yang terpikirkan oleh saya saat ini, semoga memberi manfaat, mohon dikomentari, yang
selanjutnya kita bisa kita buatkan proposal yang lebih terperinci tentang feasibility dari perencanaan ini, tentu juga diikuti
dengan lobby-lobby ke - executive and legislative, need to remember it, in the political cases, whatever can be happened,
so be positive thinking and need to hear comments soon from you all to look fast forward.
Kuala Lumpur, Awal Januari 2007

Berbekal akal-akalan, Pemerintahan nyaris tak Berlogika
Sering sekali dalam waktu senggang, rehat makan, lepas sholat, selalu saja ada
bahan diskusi dengan kawan-kawan di Malaysia, mulai dari sejarah Hang Tuah, sejarah keberadaan Malaysia, sampai politik terdahsyat
dikedua negara, baik dengan kaki tangan kerajaan dalam hal ini tentu staff UTM, dosen, mahasiswa, maupun perantau - perantau
kita di Malaysia,walaupun dengan sekuat tenaga saya selalu katakan bahwa Riau itu adalah propinsi terkaya katanya di Indonesia
yang sejak otonomi daerah pembangunannya dikebut, dimana Riau sekarang sudah jauh berbeda dengan Riau dahulu, tapi tetap aja
mereka tersenyum sinis dan sedikit melongos, yang kadang membuat hati ngos-ngosan.
Dengan nada agak sinis,mereka katakan sudah berapa panjang jalan TOL nya disana..?
Kalau seandainya jalan TOLnya siap atau seandainya ada lebuh raya (sebutan jalan TOL di Malaysia) ada di Riau mereka kepengen
sekali bawa mobil ke Indonesia, melalui Riau terus bisa sekalian jalan-jalan sampai ke Bali katanya, seperti halnya kalau
mereka pergi ke Thailand dan Singapura.
Mendengar itu saya berpikir sampai dirumah, apakah memang mungkin itu bisa terjadi..?
Alih - alih meluahkan rasa hati yang tidak puas maka jadilah tulisan ini, sebagai ungkapan ketidak puasan dan kritik betapa
lambatnya kita bergerak maju, untuk memandang jauh kedepan, tidak hanya berpikir sesaat, seketika, sewaktu menjabat, tidak
terjebak pada budaya baleho, budaya pemborosan yang tidak berlogika, seperti bermacam-macam kegiatan pembangunan, yang bernuansa
bagi-bagi duit atau lebih kerennya program, akal-akalan, apakah itu pembangunan Mesjid emas gubernur, gedung lantai sembilan
gubernuran, patung pahlawan, dan lain sebagainya yang menurut pandangan penulis sangat tidak signifikan untuk memberantas
program K2I nya pemerintah.
Ironisnya jalan TOL yang sudah disosialisasikan bertahun-tahun yang lalu,sampai
kini,belum tau entah apa dah jadi..? Dalam sebuah dialog RTV beberapa waktu yang lalu, nara sumber mengatakan bahwa pembebasan
lahan sudah hampir final, problemnya adalah DPR tidak menyetujui untuk membuat tarif TOL yang berbeda dengan tarif TOL di
Pulau Jawa, padahal volume kendaraan di Riau masih sedikit, sehingga akan membebani masyarakat, dengan alasan itulah maka
sepertinya pembangunan jalan TOL,seperti hidup segan mati tak mau, lain jalan TOL lain pula pembangunan di UNRI, lihat
aja pembangunan kolam ikan di faperi, pembangunan yang menurut saya awalnya adalah pembangunan kolam atau pembibitan ikan
di Faperi, tapi setelah berdiskusi dengan kawan-kawan,ternyata itu bukan kolam ikan,tapi kolam renang yang nantiknya dipakai
untuk latihan diving (menyelam) bagi mahasiswa FAPERI katanya, dalam hati saya bertanya-tanya juga, kalau kolam renang, masih
dalam kategori olahraga, kenapa tidak disatukan saja di bawah unit komplek olah raga dan dibuat dilokasi olah raga yang disesuaikan
dengan tata kelola kampus, sehingga bisa dimanfaatkan oleh semua mahasiswa dan juga orang umum, terutama yang berbakat dalam
olah raga air, bukankah diving kalau dikembangkan juga akan menjadi suatu prospek wisata olah raga yang menarik, yang
sesuai sekali dengan topografi wilayah Riau, serta wisata pantai..? Aneh memang, tapi itulah realitanya, belum adanya suatu
kebijakan yang terarah, terkoordinasi dan terkonsentrasi secara baik.
Tapi biarlah itu semua diselesaikan oleh kawan-kawan pengusul yang tentunya telah
mendapat persetujuan dari penguasa sebelumnya, menurut informasi katanya sudah bertahun-tahun kolam itu juga belum selesai,
sungguh ironis memang, untuk daerah petro dollar, pembangunannya seperti tak bernyawa bahkan untuk membangun jalan TOL dan
kolam renang saja, sangatlah sulit.
Lupakan kolam ikan Faperi, kembali kita tinjau realisasi pembangunan jalan TOL
Pekanbaru-Dumai, sepertinya belum terlintas dipikiran mereka (baca pemerintahan), bahwa pembangunan jalan TOL itu akan merangsang
pertumbuhan ekonomi masyarakat, dimana program pemberantasan K2I ( kemiskinan,kebodohan dan Infrastruktur) akan tercapai,
bukankah kalau seandainya dimungkinkan suatu saat kalau jalan TOL sudah selesai, akan banyak sekali warga negara jiran,yang
nota benenya adalah keturunan Indonesia sendiri akan memanfaatkan jalan itu dan kekhawatiran akan tidak memenuhi syarat dari
segi volume kendaraan tidak akan terbukti dan sudah barang tentu, bukankah berdasarkan info BI, dana Pemda Riau adalah dana
Pemda terbesar di negara ini yang disimpan dalam bentuk SBI di bank Indonesia (BI),yang jumlahnya lebih kurang 8 trilyun rupiah
dari total dana pemda seluruh Indonesia sebanyak 45 Trilyun rupiah, yang terdiri dari enam provinsi? Yang mana bunganya dibayar
oleh APBN setiap tahunnya, sungguh Ironis memang, ditengah kita kesulitan mencari investor kesana kemari, ternyata dana yang
kita punyapun, kita tidak bisa manfaatkan secara bijak dan menguntungkan. Membuat lintas batas negara bisa dilewati oleh kedua
warga negara, penulis kira bukanlah sesuatu yang sukar, seperti halnya mobil-mobil Thailand dan Singapura yang berkeliaran
sampai ke Kuala Lumpur, akan sangat mungkin suatu saat nanti mobil-mobil Riau juga akan berkeliaran di Kuala Lumpur, bukan
sesuatu yang mustahil bukan..? Selat malaka tidak berapa jauh bedanya dengan pelabuhan Merak - Bangkahuni Sungguh suatu bayangan
kesempurnaan sebuah mimpi.
Kalaulah seandainya yang menjadi masalah adalah ketidak tertarikan investor untuk
membangun jalan TOL karena tarifnya yang murah, yang disebabkan kebijakan DPR untuk menyamakan harga jalan TOL dengan di Pulau
Jawa, tidak ada salahnya Pemda mensubsidi tariff TOL tersebut pada awalnya, sampai volume kendaraannya yang melewati ruas
jalan TOL, sama dengan di Pulau Jawa, toh Dana Pemda yang tidak terpakai begitu besar di BI sebagai SBI, dimana jelas-jelas
SBY mengatakan tidak suka kalau dana Pemda itu disimpan di BI sebagai SBI, karena disamping membebani APBN juga perbuatan
sia-sia, dimana banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan,akan lebih bermanfaat kalau dana itu digunakan untuk proyek-proyek
pembangunan.
Kebanyakan dari kita suka terlena karena sudah kebanyakan di nina-bobo' dengan
cerita kita adalah daerah/bangsa yang kaya , kita banyak memiliki 'natural resources', gas, minyak bumi, dsb berlimpah. Tapi
apa yang bisa kita buat? Ternyata, punya natural endowments yang tinggi bukan syarat dan juga petunjuk untuk sukses. Lihat
Belgium,
Switzerland, Luxembourg,
atau Singapura, apa yang mereka punya? Belgium dan Switzerland pengekspor coklat terbesar di dunia, konon katanya tak ada satupun
pohon coklat disana.
Mereka makannya kurang lebih sama dengan kita, tapi ada yang membedakan
'mereka' dengan 'kita'?
Ternyata ada kelebihan 'mereka'. 'Mereka' punya otak (brain) dan yang pentingnya otak
tersebut digunakan untuk berfikir serta dihargai. Hasil pemikiran otak 'mereka' yang bikin negara mereka maju. Bukan sumber
daya natural. Tanpa otak yang cerdas, jujur dan bersih, negara kita menjadi ajang eksploitasi persusahaan-perusahaan,
seperti Freeport, Santos, Newmont
dsb.
Ada beberapa
contoh yang tragis. Kuwait Finance House (KFH) membeli saham bank muamalat Indonesia
(minority) terus beberapa tahun lalu (2004 kalau nggak salah) KFH ngumumin bahwa mereka akan memperluaskan investasi
di Indonesia, BKPM happy, pemerintah Indonesia
happy. Eh nggak taunya tahun lalu KFH buka kantornya di Kuala Lumpur,
bukan di Jakarta. Alasannya sih, infrastruktur di Malaysia
lebih memadai. Skg Al-Rajhi Bank dan Al Tijari dari Timur Tengah sudah buka cabang banyak di Malaysia, satupun nggak
ada di Indonesia, walaupun semua "mengakui" pasaran Indonesia lebih luas. So what is wrong with Indonesia?
Contoh lain: Di UAE (total: 7 emirates) ada emirate Dubai dan emirate Abu Dhabi. Abu Dhabi (ibu kota
UAE) mengontrol 86% minyak UAE, Dubai nggak punya minyak (kalaupun
punya paling 1-2% aja). Tapi Dubai jauh lebih maju dari Abu Dhabi, Sharjah, Fujairah
dll. Kenapa? Rakyat Dubai tahu dan sadar bahwa mereka nggak punya minyak dan mereka nggak mungkin bergantung selamanya atas
kebaikan Emir Abu Dhabi memberikan pendapatan dari penjualan minyaknya. mereka kerja smart, mikirnya lebih serius untuk memajukan
emirate Dubai.
Sekarang Dubai jadi luar biasa, incredible... ada bangunan yang nanti kalau sudah
jadi hampir double tingginya dari Petronas Tower,
ada kompleks perumahan-pemrumahan mewah di tengah laut (tetanggan sama David Becham, Zinedine Zidane, etc), ada hotel di tengah
laut yang masuk lobby-nya aja bayar 50 Dirham. Pelabuhan-2 di Jeddah, China,
Eropa banyak yang dikuasai mereka. Mereka punya 'Dubai Internet City', 'Dubai Medical city', 'Dubai Textile City', ada
'Jebel Ali- Free Zone', dibuat dari hasil reklamasi laut terbesar di dunia, bahkan ada 'Dubai Idea City'
dan hebatnya lagi, nggak ada pajak sama-sekali, no income tax, no corporate tax, no sales tax, no dividen tax, no capital
control, dll
Kalau kita alihkan teropong kita masuk lebih jauh kedalam negeri, dalam tahun-tahun
terakhir ini, hampir tidak ada, berita innovative sensasional dari Pemerintahan daerah Riau yang bisa kita banggakan, lihat
saja daerah lain, baru-baru ini, peresmian jalan TOL tertinggi di Asia, terdapat di Bali dengan ketinggian hamper 80 m, panjang
360 m, luar biasa, mesjid Agung Semarang yang luar biasa, bahkan mempunyai payung di halamannya seperti mesjid-mesjid Madinah,
Profinsi Gorontalo dengan kemajuan agrarianya, DKI dengan proyek Monorailnya.
Pengalaman Provinsi Banten,menunjukan awalnya Banten adalah daerah biasa saja, bukan
daerah Industri, setelah jalan TOL dibangun hampir tidak ada tanah yang tersisa dibeli dan dimanfaatkan investor untuk pembangunan
berbagai macam manufacture, sehingga akhir-akhir ini Banten harus merelokasi sebahagian pabrik-pabrik itu untuk menata
kembali tata ruang Banten,yang semakin semrawut dan efek lingkungan yang tidak terkendali.
Masih banyak lagi cerita sukses Negara dan daerah lain, So what is wrong with Riau..? Do we learn something…?
Kuala Lumpur, Akhir Desember 2006
Salam,
Reformasi
Birokrasi Pendidikan sebagai sebuah WACANA...!
Dalam beberapa hari mendatang akan ada perhelatan akbar yang dibungkus dalam paket Temu alumni 1962-2006, 44 tahun
sudah UNRI berdiri, cukup dewasa untuk umur kehidupan seorang anak manusia.
Kita berharap acara temu alumni ini bukan hanya acara seremonial dan kangen2 nan semata, tapi kita harapkan UNRI
lebih berperan jauh, dalam memobilisasi semua kekuatan alumni yang berada dijajaran pemerintahan dan parlemen untuk menyukseskan
agenda besar UNRI menjadi Universitas riset pada tahun 2020 nanti.
Ada beberapa pandangan berikut yang ingin saya diskusikan bersamna sebagai wacana menuju
cita-cita mulia UNRI ditahun 2020 nanti.
Menjadi universitas riset adalah cita-cita global hampir semua universitas dijagad raya ini saat ini, tidak terkecuali
UNRI sebagai universitas negeri di bumi lancang kuning, kenapa saya katakana demikian karena memang dengan kemajuan zaman,
teknologi dan informasi yang semakin berkembang akan menyebabkan batas2 wilayah akan menjadi sangat kabur, sehingga bisa jadi
suatu saat Tenaga kerja kita akan dibanjiri oleh tenaga kerja dari luar, ketika kompetensi dan kualitas menjadi ukurannya.
Untuk membentengi diri kita dari bulan bulanan orang asing dan menjadi penonton ditanah sendiri, mutlak mau tidak
mau kita harus berusaha mencapai standar global yang disyaratkan memenuhi criteria kompetensi keahlian yang berstandar global
juga, artinya kita harus mempersiapkan lulusan kita yang ber-kelas dunia, dan tentu secara otomatis tenaga pengajar, kurikulum,
birokrasi dan mahasiswa kita juga harus ber-kelas dunia
Untuk mencapai itu semua, UNRI harus mulai berbenah diri menghadapi tantangan itu, dengan mulai megidentifikasi
sumber2 dana potensial permanent yang bisa menopang semua sektor dilini depan menuju world class university, bukan dana-dana
temporer yang diperoleh karena kong kalikong politik, relasi dan belas kasihan, yang akan menyisakan banyak permasalahan
bahkan permusuhan dikemudian hari.
Dalam pandangan saya, membuka jalur struktural birokrasi yang terafiliasikan di pemerintahan daerah, merupakan
suatu keharusan, kenapa...?
Menurut pemahaman saya, maaf kalau keliru, ada asumsi bahwa UNRI adalah institusi pusat yang berada di daerah,
sehingga semua aktifitas dan kegiatan UNRI adalah tanggung jawab pemerintahan pusat, apalagi selama ini berkembang pemikiran
bahwa jabatan Rektor adalah setara dengan jabatan gubernur, sehingga sistem yang terlanjur kita adopsi itu, telah membuat
stigma kesetaraan itu menjadi beban moral bagi pemegang kekuasaan untuk saling menjaga wibawa, dengan mengorbankan kepentingan
anak didik penerus bangsa yang memerlukan pendidikan yang berkualitas.
Dalam konteks ini kedepan kita harapkan, UNRI sebagai Institusi mulai melakukan terobosan-terbosan cerdas kepada
pemerintahan daerah untuk mewujudkan keinginan2 kita, ada beberapa usulan yang berkecamuk dalam pikiran saya saat ini.
Pertama, karena UNRI tidak terwakili secara structural dipemerintahan daerah, maka tentu secara otomatis tidak
ada alokasi permanent dana yang disediakan PemDa untuk UNRI, karena kita tahu setiap menyusun anggaran daerah setiap tahun
diajukan oleh gubernur kepada DPRD, dana-dana yang diajukan itu tentu merupakan usulan dari kepala2 dinas disetiap instansi,sedang
UNRI secara struktural tidak berada dibawah kepala dinas, maka selama UNRI tidak berada secara struktural di PemDa, walaupun
kepala Dinas nya berasal dari UNRI sendiri, sangat mustahil anggaran permanent dari PemDa akan sangat sulit kita perolehi.
Maka terobosan yang saya usulkan adalah mulai mendekati kepala dinas, gubernur
dan anggota parlemen untuk membahas keberadaan UNRI secara srtuktural terakomodasi kepentingan keuangannya oleh PemDa setiap
tahun anggarannya, bisa jadi merubah atau mereformasi struktur birokrasi di dinas Diknas, seperti kemungkinan penambahan kata
kepala Dinas Pendidikan Tinggi dan Menengah, yang didalamnya secara struktural UNRI akan mempunyai pos-pos permanen untuk
ikut mengajukan usulan anggarananya setiap tahun ke Gubernur.
Tentu akan muncul pertanyaan lain bagaimana keterwakilan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah pertama..? Pertanyanaan2 itu tentu harus terakomodasi secara baik da proporsional
juga tentunya, dan ini tidak kita diskusikan disini, karena bisa didiskuksikan secara baik, ditingkat pemerintahan daerah.
OK, sekian dulu karena waktu Jumat hampir tiba, nanti disambung lagi.
Pekanbaru, 01 December 2006
Sonatrach Oil akan bangun Tangki Penampungan Minyak di RI
Tiga hari perjalanan KL-JB-Singapore..
Kemarin tepatnya tanggal 11 maret 2006, kami pengurus
harian PPI Malaysia, mengikuti undangan launching pembentukan pengurus baru PPI Singapore, kami senang mendapat undangan kehormatan
itu, walau begitu jauh jarak dari KL-Singapore, tapi karena tertarik ingin melihat kemajuan pendidikan tinggi di singapura
(Singapura kelola pendidikan seperti Orkestra), apalagi mereka dicatat sebagai 20 besar PT terbaik dunia 2005, berangkat dari
KL, pada jam 3.30 sore jumat, dengan harapan dapat mengadakan rapat kecil2 an, dengan pengurus PPI UTM, sebagai OC (organizing
comitte) pada kongres PPI Malaysia tahun 2006 ini, tapi malang tak dapat dinyana, kereta (mobil) yang kami bawa mendapat musibah,
mulai dari sebelum berangkat, dimana harus menukar Pump oil, dan kejadian ini berlanjut trus sampai penukaran Pump oil
electric di malaka, alhasil perjalanan yang direncanakan sampai di Johor pada jam 8.30 malam tertunda sampai jam 3.30 sore
besoknya (sabtu), setelah rapat hari sabtu, kami melanjutkan perjalanan ke singapore melalui pintu second LINK, jalan tuas,
karena berdasarkan informasi, kami perolehi bahwa peresmian kepengurusan PPI Singapura akan dilakukan di KBRI Singapura, yang
terletak di jalan PIE exit 19, sampai di KBRI jam 7.30 malam, setelah pembukaan oleh wakil KBRI, sambutan ketua terpilih
dan ketua panitia, makan malam trus sedikit diskusi ekonomi indonesia oleh bapak. J Soedrajat Djiwandono (bekas gubernur BI
dan menteri perdagangan RI) era bapak Soeharto dulu, acara dilanjutkan dengan tanya jawab untuk 5 pertanyaan aja, dan juga
penyerahan hadiah untuk pemenang lomba membuat logo ppi singapore dan cabutan bertuah (undian) untuk mendapatkan tiket penerbangan
Singapore-JKT p/p oleh Garuda Indonesia Airways.
Yang menarik yang ingin kami komentari, ternyata isu
yang selama ini tentang pembajakan intelektual muda indonesia oleh Singapura adalah benar adanya, disinilah tempat berkumpulnya
para pemenang nobel fisika, mathematik dari Indonesia, mereka ditawarkan beasiswa dan living cost untuk melanjutkan studi
di NTU/NUS Singapura, salahkan mereka..? Tidak juga, bagaimanapun yang mereka pilih adalah yang memberikan masa depan yang
baik untuk mereka, apalagi yang ditawarkan oleh ITB/UI hanya pembebasan SPP, sementara mereka menyediakan Beasiswa full untuk
studi mereka, Singapura benar2 gambaran negara maju pendidikannya, dengan menerima hampir dari semua negara di dunia, tentu
yang memenuhi syarat untuk mereka terima, dan yang lebih hebat lagi, disini tidak ada pembedaan tuition fees dari setiap
mahassiswa baik lokal maupun foreign students-nya, yang membedakan hanya kemampuan berpikir mereka.
Hanya dengan mengetahui hasil test mereka, maka NUT
akan menawarkan beberapa bantuan untuk mereka, yang dibagi atas 3 kategori:
1. Full beasiswa
2. Loan
3. bayar sendiri
Mahasiswa yang berasal dari indonesia apalagi yang
mendapat olimpiade fisika atau mathematik, biasanya mendapat beasiswa full, sedang yang mendaftar sendirian ada 2 kemungkinan,
bisa loan atau bayar sendiri.
Itu bermaksud pasti ada konsekwensi dari semua itu,
bak kata orang, tidak ada yang gratis didunia ini, mereka harus mengabdi untuk singapura selama 3tahun, setelah lulus dari
pendidikan, yang pasti mereka tidak akan menganngur, karena sudah tersedia industri untuk mereka atau menjadi Researcher di
NUT/NUS, bahkan setelah tamat dari S1 ada diantara mereka yang ditawarkan langsung untuk melanjutkan ke S3 dengan
beasiswa dari Pemerintahan Singapura, tanpa melalui master terlebih dahulu..
Begitulah gambaran pendidikan tinggi Singapura, dengan
design gedung, asrama yang modern, mereka telah berhasil menjadikan pendidikan sebagai mercu buana pengembangan
insan seutuhnya, dan mereka sadar betul bahwa tanpa SDM yang baik maka singapura tidak ada apa2 nya di rantau ini.
Tapi dengan SDM yang terpilih dan terdidik mereka
menjadi negara termaju di asia tenggara, dengan lingkup negara yang kecil dan fasilitas modern.
Pertanyaanya kapankah negara kita mengutamakan
pendidikan anak bangsanya..? Dengan gemerlap SDA yang tersedia, lahan yang luas dan rakyat yang mau bekerja
keras, kapan kita akan menikmati indahnya kemajuan..? Wallahu alam bisshowab hanya TUHAN yang tahu, semoga tahun2 mendatang
bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan berkeadilan, dan itu tidak mustahil untuk kita raih..
Kepada Kembang dan Batu Karang
-- M Badri Dikemas 28/05/2005 oleh Editor |
Tapi aku lelaki gunung, Marina. Sering
merenung di taman yang dirubung ilalang dan rerumputan. Di gunung aku telah tumbuh seperti burung yang menciptakan sarang
kebebasan dari dahan dan daun-daun.
Kepada Kembang dan Batu Karang
Cerpen M Badri
terimalah selembar laut, seberkas daun kering dan pintu segala
penjuru. kumaknai luka tanpa airmata, dan kubiarkan perjalanan menyanyikan batu karang. jalan-jalan semakin sulit kupahami
1)
Tapi aku lelaki gunung, Marina. Sering merenung di taman yang
dirubung ilalang dan rerumputan. Di gunung aku telah tumbuh seperti burung yang menciptakan sarang kebebasan dari dahan dan
daun-daun. Berkicau setiap melihat kesetiaan matahari pada pagi, saat muncul dari balik rerimbun pohon-pohon yang telah ditumbuhi
kabut. Dengan bahasa lelaki, aku mengepakkan sayap-sayap kecilku di sepanjang lereng yang gersang. Sebab langit senja selalu
melukisnya dengan cahayanya yang jingga. Maka aku pun menjadi lelaki petualang yang sering singgah dari kampung ke kampung
dari kota ke kota dari pulau ke pulau. Sampai suatu ketika aku merindukan persinggahan terakhir di rembang usia.
Perempuan bermata embun itu terus menatapku. Lentik bulu matanya
seperti ingin memantik api yang terus menyala di keremangan petang. Aku masih terdiam, sambil mempelajari setiap gerak bintang
yang menebarkan cahayanya di atas langit-langit kamar. Sementara sebagian wajahnya masih bersembunyi di balik layar monitor.
Di antara ribuan file yang berserakan, aku masih bisa menyaksikan aura kelembutan yang menggulung seperti ombak di pantai.
Namun setiap saat mungkin juga akan menjadi badai--seperti tsunami misalnya.
"Kamu lelaki gunung, petualang yang kutemui tergeletak di atas
rak di antara tumpukan buku-buku dan koran minggu. Apakah kamu akan selalu menjadi pencerita yang setiap tengah malam mengirimiku
sajak-sajak cinta?" Dia mengajakku bercakap-cakap sambil menyanyikan Did You Ever Love Somebody-nya Jessica Simpson
di bawah gerimis yang menciptakan denting irama melengking-lengking.
Aku selalu tersesat di rimba cerita, Marina. Sebuah rimba yang
membuat hidupku begitu bergairah untuk sekadar mengatakan gelisah. Ughh.., setiap pagi subuh selalu saja ada sentuhan dingin
yang mengurai percikan makna dari mimpi-mimpi yang kuciptakan tadi malam. Lalu sepasang bintang dan sepasang bulan yang kau
kirim sebagai pengganti sajak-sajak cintaku mulai tumbuh menjadi sepasang sayap yang akan mengajariku terbang. Sungguh indah
bukan? Terbang di rimba cerita dengan sepasang sayap yang terus menyala. Lalu aku akan merangkai irama dari setiap kepakan
sayap itu menjadi sajak-sajak cinta baru, yang akan kukirimkan kembali kepadamu agar aku terus mendapat cahaya untuk membawaku
terbang.
Kemudian hujan semakin menderas. Perempuan itu mencibir ketika
aku mulai menghentakkan tombol-tombol keyboard sambil menyeruput segelas kopi panas. Kunyalakan sebatang rokok, dan
dia menyibakkan asapnya yang mengepul di celah-celah aroma kopi yang melindungiku dari dingin. Matanya melotot dan berusaha
meniup bara yang menyala di ujung tembakau yang sebagian telah menjadi abu.
"Matikan sebelum mengoyak jantungmu!," hardiknya sambil terus
meniup dengan hembusan napasnya yang memendarkan aroma kembang.
Percakapan belum berhenti. Sesekali dia menebarkan senyuman dari
wajahnya yang letih karena selama berjam-jam tidak beranjak dari tempatnya. Aku merenung sejenak dan berusaha mengingat-ingat
setiap kejadian yang kulalui ketika menjelajahi gunung-gunung dan sungai sampai ke pulau-pulau dan lembah. Aku lelaki petualang
yang ingin singgah dan membangun sarang abadi di rimba terakhir yang kutemui. Dia seperti membaca pikiranku.
"Apa kita seperti sepasang kupu-kupu?" katanya membuyarkan renunganku. "Mungkin..." "Kok
mungkin!" "Kita berdua?" "Ya!" "Tapi kupu-kupu yang sedang belajar merangkai wanginya kembang," aku mengulang penggalan
sajak yang pernah kuselipkan di antara lembaran mimpinya beberapa malam silam. "Kata-kata itu lagi. Apa tidak ada yang
lain?" "Yup! Daripada kamu bilang membual." "Dasar! Hehehe...."
Kemudian perempuan itu berlalu setelah meninggalkan sepasang bintang
sebasang bulan, menjelang tengah malam. Sejenak aku melupakan tugas-tugasku yang masih menumpuk di atas meja. Buku-buku masih
berserakan dan beberapa majalah tercerabut dari tempat persembunyiannya yang pengap. Bising suara televisi dari sebelah memberitakan
ketegangan di perbatasan Malaysia-Indonesia, masalah status Blok Ambalat di Laut Sulawesi, mulai mempengaruhiku. Mendengar
cerita lautan aku jadi teringat dengan batu karang. Apakah sebagai lelaki petualang aku akan seteguh batu karang? Sebagaimana
nenek moyangku yang setegar gunung-gunung? Ah, aku begitu menyukai lautan terutama yang luas dan lepas. Hanya ada lengkung
langit sebagai pembatas. Hanya ada warna pelangi sebagai penghias.
Laut telah mengajarkanku banyak hal. Sejak sepuluh tahun silam
ketika aku pertama kali mengenal gemuruh gelombang di Samudera Hindia. Hamparan pasir putih yang memanjang di pantai yang
sebagiannya dialiri sungai-sungai. Tapi untuk bertualang aku tidak memerlukan ombak, aku tidak memerlukan angin, aku tidak
memerlukan gelombang lautan yang tinggi di mana para petualang dari berbagai penjuru bumi biasa terbang di atas buih memutih
bagaikan dewa-dewa laut yang muncul tiba-tiba dari dasar samudera.2) Aku hanya memerlukan sebuah perahu untuk menyeberangi
tujuh samudera sebagaimana Christopher Columbus, Vasco Da Gama, atau Marcopollo menemukan persinggahan terakhir dalam petualangannya.
Tidak dari kayu yang rapuh, aku memerlukan perahu dari pahatan batu karang yang tetap tegar bila diterjang gelombang. Dengan
sepasang cadik dan sepasang dayung yang akan kukayuh menyeberangi siang menyeberangi malam.
Tuhan menciptakan bumi ini dua pertiganya adalah lautan, Marina.
Meskipun daratan tetap menjadi tempat persinggahan yang mengasyikkan. Namun daratan tidak pernah bisa mengeringkan laut, tidak
seperti laut yang dengan kelembutannya mampu menenggelamkan daratan. Seperti cerita Nabi Nuh yang berlayar di atas daratan
yang menjelma menjadi lautan. Dengan perahunya yang seteguh batu karang. Mengelilingi gunung-gunung yang tegar dihempas gelombang
pasang. Namun ketahuilah gunung juga bisa memperluas lautan. Seperti cerita Krakatau yang membelah sebuah pulau, menciptakan
selat yang setiap saat dilalui orang-orang yang bertualang. Dari sanalah aku belajar bahwa kelembutan dan ketegaran sama-sama
mampu menjadi sumber kekuatan. Lalu mungkinkah aku menggabungkan sepasang kekuatan dalam petualanganku menuju persinggahan
terakhir? Aku sebenarnya masih ingin bercakap-cakap lebih jauh. Namun kamu telah pulang ke balik singgasana malam. Dan aku
kembali sendiri dalam kesunyian. Sebuah sajak dengan sepasang sayap yang bercahaya selesai kutulis, saat malam menunjukkan
keteguhannya.
***
Bulan sabit diapit sepasang awan di langit.... Dari balik jendela
aku menyaksikan kunang-kunang meliuk di atas setangkai kembang. Malam melempar pesan dengan jemarinya yang dingin. Sebuah
musim telah menandai setiap perubahan yang diawali dengan pergantian matahari dan rembulan. Waktu terus berputar dalam rotasinya
mengelilingi lingkaran tata surya yang sengaja diciptakan untuk menandai setiap pertemuan dan perpisahan. Tetapi akhirnya
akan kembali lagi setelah semuanya berjalan dalam petualangan yang indah, menyeberangi siang menyeberangi malam.
Marina, sekali waktu aku ingin menjelma menjadi kunang-kunang.
Sebagaimana aku juga pernah ingin menjelma menjadi kupu-kupu. Lalu kita akan membuat sebuah dunia yang hanya ada di malam
hari. Kau sebagai setangkai kembang yang mekar saat bintang-bintang merayakan keindahan alam yang ditandai dengan hembusan
angin yang dingin. Selepas senja mengelupaskan warnanya di balik reruntuhan cahaya matahari yang pelan-pelan menyinari belahan
bumi yang lain. Dan aku akan menyinari kesendirianmu yang paling sendiri. Maka dunia kita akan menjadi dunia yang paling romantis
dari segala dunia yang pernah ada.
Kemudian aku hanya mencium semerbak wewangi sambil menyaksikan
kuncupmu mulai mekar perlahan-lahan. Sebab cahayaku hanya cukup untuk menyinari kelopakmu saja, Marina. Biarkanlah kembang-kembang
yang lain menemukan cahayanya sendiri. Dan malam penantian itu menjadi suatu malam yang tiada tergantikan. Sepasang sayapku
akan mendendangnya irama mengiringi sajak-sajak yang kunyanyikan seperti sebuah tembang sepanjang malam. Tapi sudahlah, biarkan
aku terus bercerita sendiri di akhir petualangan ini. Meskipun aku tidak tahu apakah kamu bahagia mendengar cerita ini.
"Hentikan bualanmu, lelaki gunung!" tiba-tiba dia muncul ketika
aku belum selesai menuliskan kalimat terakhir di halaman terakhir. "Aku hanya bercerita." "Tapi itu kan bualan!" "Bukan!
Tidak semua cerita itu bualan. Tuhan juga tidak pernah membual saat bercerita dalam Al-Quran." "Tapi itu beda!" "Memang
beda, sebab aku bukan Tuhan!" Dia diam, karena merasa tidak akan pernah menang bila berdebat denganku. Kupandangi wajahnya
yang sesejuk embun sedingin batu gunung. Lentik bulu matanya kembali memantik api yang menyala di celah-celah jantungku. "Lalu
kenapa kamu bercerita?" nada suaranya mulai melembut. "Supaya kamu tidak larut dalam kesunyian." "Aku tidak pernah kesepian." "Memang.
Tapi kamu selalu diam bila aku tidak bercerita." "Maksud kamu?"
"Aku lelaki gunung. Aku mempunyai sejuta kisah yang selalu ingin
kubagikan kepadamu. Bukankah kamu selalu datang bila aku mulai membuka halaman-halaman cerita? Aku ingin menceritakan kepadamu
semua kisah yang kutemui dalam setiap petualanganku. Sebab bila aku mati nanti cerita-cerita itu ikut terkubur bersama jasadku
yang sedingin kabut."
"Apa kamu merasa akan mati, lelaki gunung?" "Semua yang hidup
pasti akan mati sebagaimana yang datang pasti akan kembali. Tapi waktulah yang akan menentukan, sebab kita sendiri juga bagian
dari cerita. Endingnya tidak akan pernah tahu, kecuali yang membuat cerita." "Lalu kenapa kamu ingin menceritakan kisah-kisahmu
kepadaku?" "Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Mungkin itu bagian dari cerita." "Aku jadi bingung!" "Cerita memang
selalu membuat bingung. Kalau tidak, namanya bukan cerita!"
Keningnya berkerut dan matanya menatap tajam ke arahku. Pupilnya
berputar-putar seperti sedang mencari sesuatu. Namun aku yakin kalau dia tidak akan pernah menemukan jawaban sebelum menyelami
setiap makna dari cerita yang kukisahkan kepadanya. "Lalu apa lagi yang akan kauceritakan?" "Aku menginginkan sampan
dari batu karang. Dengan sepasang cadik dan sepasang dayung. Lalu ada seikat kembang di dalamnya, yang akan mewangikan petualangan
terakhirku." "Kok dari batu karang! Bukankah sampan biasanya dari kayu?"
"Biar tetap teguh ketika diterjang gelombang. Karena aku lelaki
gunung, yang belum pernah mengarungi lautan luas. Selama ini aku hanya melihat dan mencoba menyelami beberapa selat, namun
tak pernah sampai. Aku ingin mengarungi lautan luas untuk mencapai persinggahan terakhirku." "Lalu apa yang akan kaulakukan
setelah menemukan persinggahan terakhirmu?" "Maka kubiarkan
ombak menyampaikan salam dunia pada menara usiaku 3)." Perempuan itu diam. Aku juga diam. Tak ada lagi percakapan
tak ada lagi cerita. Kami berdua hening dalam perenungan yang dingin.
Pekanbaru, Maret 2005 (Cerita ini ditulis sebagai kado ulang
tahun untuk diri sendiri yang ke-24)
Catatan kaki: 1) dan 3) Mengutip sajak Jamal D. Rahman, "Kado
Ulang Tahun", dalam buku Reruntuhan Cahaya (Bentang Budaya 2003). 2) Menggubah penggalan kalimat dalam cerpen Seno
Gumira Ajidarma "Peselancar Agung" dalam buku Sepotong Senja untuk Pacarku (Penerbit Gramedia, 2002). |
|